YSEALI: Persahabatan Bervisi Mie Instant

Young SouthEast Asian Leader Initiative Juorney.

Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia

Pembagian Potensi Perikanan Indonesia berdasarkan Region.

Romansa Negeri Sakura: Hakone Moutn Shizuoka Perfecture

AFS Intercultural Learning Japan - Kizuna Bond Project.

Pemetaan Mangrove di Sidoarjo dengan Citra Satelit Landsat

Geographic Information System (GIS) and Remote Sensing.

Tuesday, September 29, 2015

MODEL PERUBAHAN GARIS PANTAI DENGAN METODE ONE-LINE MODEL (STUDI KASUS : PANTAI MANGARABOMBANG – GALESONG SELATAN, KABUPATEN TAKALAR)

Pendahuluan
Secara geografis kawasan Kecamatan Gale song Selatan, Kecamatan Sanrobone, Kecamatan Mappakasunggu dan Kecamatan Mangarabombang berada pada bagian barat Kabupaten Takalar dengan ciri khas sebagai daerah datar dan merupakan daerah pesisir.
Upaya manusia dalam memanfaatkan kawasan pantai sering tidak dilandasi pemahaman yang baik tentang perilaku pantai. Akibatnya, berbagai masalah pantai bermunculan. Salah satunya adalah proses abrasi dan akresi garis pantai. Proses abrasi dan akresi garis pantai pada mulanya timbul secara alami, akan tetapi proses akan berlangsung lebih cepat jika pembangunan sarana kepentingan manusia tidak didasari dengan pengetahuan yang baik tentang perilaku proses dinamika perairan pantai, dalam hal ini perubahan garis pantai.
Perubahan garis pantai menyebabkan beberapa masalah timbul contohnya terkikisnya daerah pesisir sampai, abrasi, sedimentasi.
Metode Penelitian
Penelitian ini menganalisis transformasi gelombang yang dibangkitkan oleh angin dari laut lepas menuju ke pantai serta membuat model perubahan garis pantai dengan menggunakan One-Line Model di wilayah pantai Mangarabombang sampai Pantai Galesong Selatan.
Data yang digunakan terdiri dari: data kedalaman dasar laut, data tinggi gelombang pecah, dan arah gelombang laut lepas, gelombang pecah, dan data garis pantai awal (menggunakan citra Landsat).

Hasil
Model perubahan garis pantai selama 12 tahun menunjukan hasil yang mirip dengan citra. Hal ini telah melewati proses trial and error. Berikut merupakan perbangingan abrasi dan akresi:

4 titik lokasi pengamatan, pada lokasi A bagian bawah dan tengah, pada lokasi B bagian atas dan pada lokasi C bagian tengah dimana morfologi pantainya membentuk teluk. Selanjutnya pada garis pantai yang berbentuk tanjung yaitu pada lokasi B bagian tengah, C bagian tengah, dan D bagian bawah dan tengah hasil model memperlihatkan adanya abrasi.



Analisa
Metode yang digunakan adalah one line model dengan mempertimbangkan angkutan sedimen dan mempertimbangkan gelombang pecah. Disisi lain, ada metode: Shibutani et al. (2007) membuat model perubahan garis pantai berdasarkan angkutan sedimen. Siswanto et al. (2010) menganalisis stabilitas garis pantai di Kabupaten Bangkalan dengan menggunakan One-Line Model. Dewi (2011) membuat model numerik transformasi gelombang selama delapan tahundan menemukan bahwa pantai yang berbentuk tonjolan mengalami abrasi sedangkan pantai yang berbentuk lekukan mengalami sedimentasi.



REFERENSI

Awaliyah, W., Sakka, Hamzah. ____.  Model Perubahan Garis Pantai dengan Metode One-Line Model (Studi Kasus : Pantai Mangarabombang – Galesong Selatan, Kabupaten Takalar). Makassar: Universitas Hassanuddin.
Dewi I.P,. 2011, Perubahan Garis Pantai dari Pantai Teritip Balikpapan sampai Pantai Ambarawang Kutai Kertanegara, Kalimantan Timu [tesis]. Bogor : Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Shibutani Y, Kuroiwa M, Matsubara Y. 2007. One-Line Model for Predicting Shoreline Changes Due to Beach Nourishments. J Coas Eng 50:511 – 515.
Siswanto AD, Pratikto WA, Suntoya. 2010. Analisis Stabilitas Garis Pantai di Kabupaten Bangkalan. Jurnal Ilmu Kelautan Vol.15 (4), Hal 221 – 230.