ANALISA SEDIMENT LAUT PANTAI JOLANGKUNG, MALANG SELATAN
KABUPATEN MALANG
Disusun
oleh
Ikbar
Sallim Al Asyari (125080600111016)
Pantai
Jolangkung adalah salah satu dari 14 pantai yang ada di Malang Selatan. Pantai Jelangkung secara administratif berada di Desa
Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Pantai ini persis di pinggir jalan
lintas selatan (JLS). Rona keindahan wajah pantai begitu jelas terlihat dari
jalan raya yang sudah mulus beraspal tersebut. Jika dari Pantai
Nganteb menuju Pantai Jelangkung
harus melalui jalan-jalan yang rusak parah. Selain kondisi jalannya yang penuh
dengan bebatuan sebesar kepala manusia dewasa, juga banyak tanjakan curam.
Seperti ketika keluar dari Pantai
Nganteb lewat jalur JLS, ada
tanjakan dengan kemiringan sekitar 70 derajat. Hutan-hutan yang sebagian sudah
gundul berada di sisi kanan dan kiri jalan.
Untuk menuju pantai ini dari Kota Malang bisa mengikuti rute menuju Pantai Sendangbiru, lalu berbelok ke barat menuju Desa Gajahrejo.
Untuk menuju pantai ini dari Kota Malang bisa mengikuti rute menuju Pantai Sendangbiru, lalu berbelok ke barat menuju Desa Gajahrejo.
3.2. Karakteristik Sediment
3.2.1.
Ciri-Ciri Fisik
Sedimen diambil di
pantai Jolangkung pantai Selatan, ciri-ciri sedimen yang diambil dengen
menggunakan core sampler sedalam 50
cm adalah didominasi oleh pasir. Pasir yang ada menurut Hayati (2009), pantai
di wilayah Malang Selatan di dominasi dari kandungan CaCO3. Pantai Jolangkung
tergolong pantai tertutup yang masih tidak terlalu terjamah kecuali oleh
nelayan sekitar dan penambang pasir. Substrak pasir pantai Jolangkung tersusun
atas pecahan batu karang. Secara fisik dapat dideskripsikan substrat pantai
Jolangkung adalah sebagai beriku:
1. Substrat
putih bersih
2. Substrat
didominasi pasir putih dan pasir besi
Pantai Jolangkung merupakan pantai
bertebing terjal bentuk lahan hasil bentukan erosi laut. Bentukan dan roman cliff berbeda satu dengan yang
lainnya, karena dipengaruhi oleh struktur batuan, dan jenis batuan serta sifat
batuan. Cliff pada batuan beku akan lain dengan cliff pada batuan sedimen. Pelapisan batuan sedimen
misalnya akan berbeda dengan pelapisan yang miring dan pelapisan
mendatar. Sebatas daerah di atas ombak, umumnya tertutup oleh
vegatasi, sedangkan bagian bawahnya umumnya berupa singkapan batuan.
Secara ilmiah, substrat
pantai yang ada di Jolangkung dikategorikan kedalam pantai berpasir. Tipe substrat dasar perairan pesisir ditentukan oleh
arus dan gelombang (Ardi,
2002). Disamping itu juga
oleh kelandaian (slope) pantai. Menurut
Sumich (1992), Nybakken (1997) dan Barnes dan
Hughes (1999), substrat daerah
pesisir terdiri dari bermacam-macam tipe, antara lain: lumpur, lumpur berpasir,
pasir, dan berbatu.
Menurut
Ardi (2002), substrat berpasir
umumnya miskin akan organisme, kebanyakan
bentos pada pantai berpasir mengubur diri dalam substrat. Pantai berpasir tidak
menyediakan substrat yang tetap untuk melekat bagi organisme, karena aksi
gelombang secara terus menerus menggerakkan partikel substrat. Ardi (2002) manyatakan bahwa kelompok
organisme yang mampu beradaptasi pada kondisi substrat pasir adalah organisme
infauna makro (berukuran 1-10 cm) yang mampu menggali liang di dalam pasir, dan
organisme meiofauna mikro (berukuran 0,1 – 1 mm) yang hidup di antara butiran
pasir dalam ruang interaksi.
Berdasarkan
analisa secara vertikal, ada beberapa lapisan yang membentuk sediment. Hal ini sesuai dengan gambar di bawah:
Gambar substrat di atas menampilkan
strata substrat di pantai Jolangkung secara vertikal dan pada lapisan permukaan
berwarna putih dan disusul oleh lapisan kedua berwarna gelap. Selanjutnya,
terdapat pula lapisan putih disusul oleh dua lapisan berwarna gelap hingga
kebawah ada degradasi warna antara gelap dan putih.
Pada pantai Jolangkung
di dapatkan juga substrat sedimen berupa pasir besi. Pasir besi adalah pasir
yang umum dijumpai di daerah pantai contohnya di pantai Jolangkung, Malang Selatan.
Pasir ini didominasi oleh kandungan besi yang mengakibatkan pasir memiliki
sifat magnetik.
3.2.2.
Komposisi Mineral
Sedimen pantai
Jolangkung mengandung mineral yang menjadi bahan penyusun substrat. Hayati
(2009) mengatakan komposisi utama pasir di pantai Jolangkung adalah CaCO3.
Kalsium karbonat dapat juga disebut zat kapur, zat tersebut terdiri atas CaO +
CO2.
Selanjutnya terdapat
juga pasir besi yang seing ditambang oleh penduduk sekitar. Pasir besi
mengandung komposisi oksida besi Fe2O3 dan juga silica
oksida SiO2, magnesium MgO dan ukuran butiran mesh bepotensi
digunakan sebagai cementitous dalam produksi beton mutu tinggi (Suryadi, 2001).
Secara detail pasir besi memiliki kandungan kimia sebagian besar Fe2O3
sebesar 58-60%, TiO2 sebanyak 7-9%, V2O5
sebesar 0,5-0,6% , Al2O3 sebesar 3,3-3,5%, SiO2
sebanyak 0,03-0,05%, P2O5 sebanyak 0,24-0,26% (Project Information Brief, Indo Mines,
2006).
Pasir besi berfungsi juga sebagai
penghantar panas dalam pembentukanluluhan terak semen. Pasir besi yang
depositnya terdapat di sepanjang pantai dan berkadar Fe2O3 15%
dan berwarna hitam.
3.2.3.
Proses Terbentuknya Sediment
Pasir besi yang ada di
pantai Jolangkung menurut beberapa sumber memiliki asal yang berbeda. Menurut
Satria (2008), adanya endapan pasir besi di sepanjang pantai dulunya berasal
dari gunung berapi di sekitar yang memiliki batuan bersifat andesit. Keberadaan
gunungapi dan terobosan (intrusi) yang menghasilkan batuan bersifat andesitik
pada daerah ini diakibatkan oleh kondisi geologi Pulau Jawa yang terletak pada
zona subduksi antara lempeng benua Indo-Australia dengan lempeng samudra
Hindia. Tumbukan antara kedua lempeng ini mengakibatkan magmatisme yang
menghasilkan magma yang bersifat andesitik sebagai akibat dari pencampuran hasil
partial melting dari lempeng benua
yang bersifat asam dengan lempeng samudra yang bersifat basa. Magmatisme
tersebut kemudian muncul ke permukaan dalam bentuk gunungapi dan intrusi. Di
sisi lain, sungai yang ada di sekitar wilayah pantai memberikan sumbangan untuk
pengendapan pasir besi yang ada di pantai Jolangkung. Sungai ini menjadi muara
dari beberapa sungai yang berhulu pada Gunung Merapi. Hal ini menunjukkan hulu
dari sungai ini mengerosi dan mentransport batuan-batuan dari beberapa
gunungapi tersebut. Sebagaimana dalam geologi regional daerah sekitar, beberapa
gunungapi tersebut memiliki komposisi yang bersifat andesitik.
Kisman (2005)
menegaskan keterjadian endapan pasir besi di
sepanjang pantai selatan diperkirakan terjadi karena proses pelindihan,
transportasi dan akumulasi serta pengendapan. Pasir besi yang ada memiliki pola
persebaran yang berbeda antara satu dengan lainya. Hal ini karena:
1. Batuan induk, merupakan sumber
asal dari terbentuknya endapan pasir besi.
2. Faktor disintegrasi fisika dan kimia seperti suhu, erosi dan
transportasi sungai, pengaruh arus laut sebagai pengeruk dan pembawa material
bawah laut.
3. Faktor topografi (kemiringan), merupakan tempat dimana
endapan pasir besi terbentuk dan terakumulasi.
4. Arus air yang menyebabkan terbentuknya pengayaan tersebut.
Kandungan utama pada
sedimen adalah CaCO3, senyawa karbonat mengalami pengendapan.
Lingkungan pengendapan yang ada di pantai Jolangkung merupakan hasil dari
sedimen biogenous. Senyawa tersebut
berasal dari pencucian cangkang organisme dan pengendapan dari organisme yang
telah mati selama kurun waktu tertentu. Meskipun tidak semua, kebanyakan
sedimen karbonat adalah hasil dari proses kimia atau biologi yang hidup pada
lingkungan laut bersih, hangat dan dangkal. Secara umum, beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan akumulasi maksimum sedimen karbonat adalah
lingkungan yang mempunyai:
- kedalaman
cukup, tidak terlalu dalam atau terlalu dangkal,
- hangat,
tidak terlalu panas atau terlalu dingin
- kadar garam
yang cukup, tidak terlalu tawar dan terlalu asin,
- jernih,
tidak terlalu banyak sedimen klastik darat, dan
- makanan
cukup, tetapi tidak terlalu banyak.
Berikut ini akan dibicarakan tiga faktor utama yang mengontrol produktivitas sedimen karbonat: letak geografis dan iklim, cahaya dan salinitas.
Sedimen karbonat yang menurut Noyes
(2010) berasal dari sedimen biogenous tepatnya oleh foraminifera. Foraminifera
memberikan sumbangan berupa CaCO3 dan radiolarian memberikan
sumbangan berupa SiO2.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi. 2002. Pemanfaatan Makrobentos Sebagai
Indikator Kualitas Perairan Pesisir. [online]. Tersedia: http//:www.rudyct.2050x.com/
sem1_012? ardinoy.htm. Diakses pada 11 Juni 2014 oukul 21.40 WIB.
Barnes RSK, Hughes RN. 2004. An Introduction to
Marine Ecology. 3rd edition. Oxford: Blackwell Science Ltd.
Hayati, A dan Insan, M, 2009. Keanekaragaman Makroalga di Pantai Selatan Kabupaten
Malang. Makalah Seminar Nasional Biologi XX dan Kongres PBI XIV di
Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang. 24-25/III 2009
Kisman, Bambang .2005. Kajian Endapan Pasir
Besi Di Daerah Pantai Selatankab. Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kementrian Energi
dan Sumberdaya Mineral Indonesia. Diakses pada 10 Juni 20014 pukul 21.59 WIB.
Noyes, James. 2010. Deep Sea-Sediment. Camcord: El Camino College
Nybakken, J.W. 1997. Marine Biology; An
Ecologycal Approach. Edisi ke-4. California: Addison-Wesley Education
Publishers Inc.
Prasetio, Muhammad. 2011. Porositas dan Permeabilitas Beton Menggunakan Pasir Tailing Tambang
Limbah dan Pasir Besi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Project Information Brief Indo Mines. 2006. Survey of Clustering Data Mining Techniques, Accrue Software,. Inc.
Satria, Muchammad. 2008. Proses Pembentukan Endapan Pasir Besi Di Kulon Progo. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Sumich
JL. 1992. An introduction to the biology of marine life. Ed ke-5. Dubuque:WmC
Brown.
Suryadi,
Akhmad, 2001. Hubungan Tegangan
Regangan Beton Mutu Tinggi dengan Pasir
Besi Sebagai Cementitious. Abstraksi. Surabaya: ITS.