YSEALI: Persahabatan Bervisi Mie Instant

Young SouthEast Asian Leader Initiative Juorney.

Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia

Pembagian Potensi Perikanan Indonesia berdasarkan Region.

Romansa Negeri Sakura: Hakone Moutn Shizuoka Perfecture

AFS Intercultural Learning Japan - Kizuna Bond Project.

Pemetaan Mangrove di Sidoarjo dengan Citra Satelit Landsat

Geographic Information System (GIS) and Remote Sensing.

Monday, March 13, 2017

Kopi Mangrove Segara: Kopi Fenomenal yang Mendunia

Berita dari Jawa Pos: https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20161109/281767038793065
Mungkin masih banyak yang belum tahu tentang kopi alternatif: Kopi Mangrove Segara. Belakangan ini memang banyak yang bertanya kepada saya latar belakang munculnya ide usaha berbasis pemberdayaan pesisir kopi mangrove segara. Baiklah, saya akan mencoba sedikit bercerita tentang latar belakang bagaimana kopi mangrove ini tercetus. Untuk mengawali cerita ini, alangkah baiknya kalau saya memulai dengan memperkenalkan latar belakang diri saya terlebih dahulu. Saya tinggal di kecamatan pesisir Tulungagung, kecamatan Kalidawir. Rumah saya terletak 7 - 11 km dari pesisir pantai Sine, desa Kalibatur, kec. Kalidawir yang menghadap langsung samudera Hindia.

Latar belakang saya yang tinggal berdekatan dengan pesisir membuat saya memutuskan untuk kuliah S-1 mengambil jurusan Ilmu Kelautan di Universitas Brawijaya, Malang. Saya masuk kuliah tahun 2012 dan mendalami bidang manajemen dan pengembangan wilayah pesisir. Dari proses saya kuliah itu, saya banyak bersinggungan dan mendapatkan materi tentang mangrove atau tanaman bakau khas pesisir. Saya terlibat beberapa proyek penelitian dan pengembangan kawasan mangrove yang notabennya cenderung ke arah ekowisata bahari. Dengan bermodalkan pengalaman dan sedikit pengetahuan riset di bidang mangrove, saya mencoba untuk mengembangkan potensi mangrove. Hingga saya terbesit untuk membuat sebuah produk pemberdayaan dengan melibatkan masyarakat dalam bentuk sosial bisnis.

Di sisi lain, isu lingkungan dan ekosistem pesisir menjadi isu yang sangat seksi di mata saya. Degradasi mangrove Indonesia telah menuju tahap mengkhawatirkan. Dalam tiga dekade terakhir, hutan mangrove Indonesia menyusut 30 - 50% (Donato et al., 2012). Hal ini membuat saya tergerak paling tidak mengapilkasikan ilmu yang saya dapat selama kuliah untuk merestorasi dan mengonservasi hutan mangrove Indonesia khususnya Tulungagung.

Proses untuk restoasi dan konservasi mangrove tidak semudah yang dibayangkan! Untuk menggapai secara maksimal, kita harus melibatkan masyarakat dalam upaya restorasi dan konservasi. Peran serta masyarakat menjadi kunci kesuksesan yang menjadi titik vital. Akan tetapi, masyarakatpun masih akan berpikir berkali-kali untuk terlibat aksi sosial seperti itu mengingat masyarakat lebih memilih bekerja di ladang sehingga bisa makan daripada aksi sosial yang tidak menghasilkan nominal. Oleh karena itu, mau tidak mau kegiatan sosial restorasi dan konservasi harus bisa mendatangkan nilai ekonomi. Perlu adanya penciptaan peluang untuk bisa mendongkrak income masyarakat sehingga menarik minat. Sempat terpikir untuk menjadikan kawasan ekowisata, akan tetapi, jelas butuh waktu yang relatif lebih lama dan proses yang cukup panjang. Dan setelah melalui beberapa pertimbangan, munculah ide diversifikasi produk olahan pesisir.

Konsideran untuk menjadi produk kopi tercetus dari latar belakang kota saya tinggal. Iya Tulungagung. Tulungagung terkenal dengan kearifan kopi, ngopi, dan nyethe. Masyarakat Tulungagung tidak terpisahkan dari kebiasaan ngopi dan nongkrong di warung kopi. Dari kearifan lokal tersebut, jelas peminat kopi di Tulungagung sangat tinggal dan merupakan peluang tersendiri untuk bisnis. 

Dari berbagai buah pikiran tersebut, mangrove yang awalnya hanya dipandang sebelah mata untuk ekologi kini menjadi sebuah aset yang mampu memberikan nilai ekonomi. Masyarakat yang dulu enggan menanam mangrove dan cenderung menebangnya kini mulai berbondong-bondong melestarikan mangrove. Iya, itulah tujuan utama Kopi Mangrove Segara di bawah organisasi gerakan sosial KPM Segara (Kelompok Pelestari Mangrove Segara). Sosial bisnis ini memfokuskan diri pada pengembangan 3 aspek pada pesisir:
1. Ekologi
Agenda restorasi dan konsevasi hutan mangrove menjdi tujuan utama. Perluasan hutan mangrove untuk melindungi pesisir secara ekologi. Semakin luas mangrove yang direstorasi, maka dampak ekologi yang didapat juga akan semakin  besar
2. Sosial
Aspek sosial menegang peranan kunci. Aspek sosial pendekatan terhadap masyarakat melalui konsep civic engagement berdasar kearifan lokal masyarakat yang ada. Kopi menjadi pendekatan sosial berdasar kearifan lokal yang ada di Tulungagung
3. Ekonomi
Dampak ekonomi memberikan masyarakat feedback berupa nominal yang didapat dari hasil penjualan. Hasil profit yang didapat sebagian digunakan untuk membiayai pelaksanaan program restorasi-konservasi seperti akomodasi dll, Selain itu juga digunakan untuk menambah penghasilan masyarakat.

Pada implementasinya, kopi mangrove segara masih harus banyak berbenah. Kami sangat terbuka dengan kritik, saran, dan tanggapan dari berbagai pihak untuk perbaikan kedepan. Dan tidak lupa, kami juga sangat terbuka kepada relawan untuk terlibat dalam proyek sosial ini. Besar harapan sosial bisnis ini mampu memberikan dampak positif multi dimensi kepada masyarat.

Monday, March 6, 2017

Implementasi Konsep Pertanian Sayur Organik di Tulungagung

Banyak cara yang dapat dilakukan supaya kita bisa tetap sehat, salah satunya melalui pangan organik. Pangan organik memang sedang ramai dibicarakan dan dikembangkan. Makanan organik memang lebih sehat dan menyehatkan untuk dikonsumsi mengingat makanan organik diperoleh, diproses, dan diperlakukan tanpa menggunakan tambahan zat kimia baik itu pupuk kimia, pestisida kimia, zar kimia lainnya. Penambahan zat kimia pada bahan pangan sangat berbahaya termasuk pada sayur. Sayur menjadi komoditi yang setiap hari dibutuhkan oleh masyarakat. Permintaan sayurpun setiap saat mengalami peningkatan. Akan tetapi, peningkatan permintaan ini tidak disertai dengan stabilitasi pasokan/produksi sayur. Hal ini terjadi karena memang terkendala oleh lahan yang semakin sempit dan juga salah satunya penyakit. Akibatnya sayuran diperlakukan dengan berbabagi cara agar tahan hama dan penyakit.

Perlakukan yang biasa dilakukan biasanya antara lain: disemprot pestisida, diberikan pupuk anorganik dll. Hal ini tentu secara instan mampu membuat tanaman sayur resisten terhadap penyakit dan dapat tumbuh. Konsep ini sangat digemari petani jaman sekarang, karena dapat mengatasi masalah hama dan penyakit dengan sangat cepat. Cara-cara seperti ini sudah dipraktikkan sekian lama dan masih berlaku hingga saat ini. Petani terlena dan menjadi tergantung kepada obat-obatan kimia untuk mendongkrak produksi sayur mereka. Di sisi lain, kita lupa betapa berbahaya bahan kimia yang masuk dan terakumulasi kedalam tubuh kita. Residu pestisida yang ada sangat berbahaya, Penggunaan pestisida memang sangat dilematis karena di satu sisi mampu meningkatkan produksi pertanian. Tetapi, penggunaan pestisida secara berlebihan dapat merugikan secara ekologi, kesehatan, maupun ekonomi. 

Dampak secara ekologi pestisida dapat mencemari lingkungan sekitar baik di daratan maupun perairan, secara ekonomi penggunaan pestisida membuat harga komoditi semakin rendah. Belakangan komoditi pertanian Indonesia banyak yang tertolak untuk diekspor karena mengandung pestisida yang melebihi ambang batas. Dampak untuk kesehatan sangat merugikan sekali, dilansir dari dokterkuonline.com, dampak penggunaan pestisida terhadap kesehatan membuat iritasi mata, luka pada bagian kulit tertentu, hingga berdampak terhadap genetika yang diturunkan. Paparan pestisida dalam jangka panjang menimbulkan gangguan kesehatan yang bersifat kronis. Di antaranya adalah: peningkatan risiko kanker,kerusakan sistem saraf (misal Parkinson), gangguan reproduksi serta kerusakan organ tubuh. Selain itu pestisida bersifat mutagenik yang dapat menyebabkan kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang dan teratogenik yang dapat menyebabkan bayi lahir cacat dari ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran dan buah yang disemprot pestisida. Sekitar 40 % kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran lingkungan termasuk tanaman-tanaman yang dikonsumsi manusia, sementara dari 80 ribu jenis pestisida dan bahan kimia lain yang digunakan saat ini, hampir 10 % bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Sebuah penelitian tentang kanker menyebutkan sekitar 1,4 juta kanker di dunia disebabkan oleh pestisida.

Dengan dampak negatif yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida, maka jalan utama dan menjadi opsi terakhir adalah pertanian organik. Pertanian organik mulai digalakkan di  banyak daerah di Indonesia termasuk di Tulungagung. Di Tulungagung, Dukuh Pojok, Desa Karangtalun, Kecamatan Kalidawir telah menjadi desa yang mencoba menerapkan kembali konsep pertanian organik melalui sayur mayur. Komoditi yang ditanam di Desa Karangtalun adalah sebagai berikut:

1. sayur kacang panjang, 
2. sawi, 
3. daun kemangi, dan
4. gambas.

Komoditi tersebut merupakan komoditi sampel tahap satu yang diolah secara organik tanpa pestisida. Pengolahan dilakukan oleh sekumpulan warga yang mulai sadar dan tergerak untuk kembali berpola hidup sehat.
Pertanian Sayur Organik di Desa Karangtalun, Kalidawir, Tulungagung

Komoditi sayur yang ada di desa tersebut diolah secara organik tanpa pestisida. Tanaman sayur dipanen dan dijual secara fresh (red: baru petik). Sayur organik ini lebih digemari oleh masyarakat karena memiliki rasa yang bebeda daripada sayur anorganik.

Sayur Daun Kemangi Organik Desa Karangtalun
Sayur hasil panen ini selanjutnya akan melalui proses pengemasan yang biasa didistribusikan di pasar lokal area Tulungagung dan di rumah makan area sekitar. Selain dijual secara langsung di pasar tradisional, sayur organik ini juga dijual secara online. Pembelian secara online dapat menghubungi nara hubung:
Ikbar Sallim Al Asyari:
SMS/Telfon: 083834130980
WA/Line : 085655699122

Sayur kacang panjang organik mengikuti sistem jual beli kiloan. Harga sayur kacang panjang perkilo adalah 6.000 rupiah/kg. Harga ini adalah harga dari petani langsung yang siap didistribusikan.
Harga daun kemangi organik dijual mengikuti sistem ikat. Satu ikat sayur kemangi dijual dengan harga 2.000 rupiah/ikat
Harga sayur gambas organik adalah 5000 rupiah/kg
Harga sawi organik adalah 4.000 rupiah/ikat.

Terima kasih....

Salam petani organik!!!