OBT (The Bremen Ocean Bottom
Tiltmeter)-SUATU TEKNIK INSTRUMENTASI UNTUK INDIKATOR MONITORING PERUBAHAN
BENTUK LAUT DALAM DAN LEVEL SEISMIK
Disusun oleh:
Ikbar Sallim Al Asyari
Proses
Geodinamik merupakan sebuah proses perbaikan dasar laut dari yang kurang baik
menjadi lebih baik ataupun sebaliknya. Proses ini dipengaruhi oleh gundukan
dasar laut atau biasa yang disebut mid ocean ridges. Namun, gundukan tersebut
menyerupai gundukan Hidrotermal Vent. Sejatinya gundukan tersebut ialah mid
ocean ridges bukanlah Hidrotermal Vent. Crone dan Wilcock tahun 2005 dalam
investigasinya menyebutkan bahwa mid ocean ridges terletak diatas patahan
tektonik oleh karena itu maka jumlah secara keseluruhannya lebih banyak
dibandingkan daerah yang tidak terletak diatas patahan tektonik.
Studi mengenai Proses Hidrotermal
secara berkelanjutan telah dihubungkan dengan observasi periode berkala atau sampel
tunggal. OBT adalah suatu alat yang dapat dipergunakan untuk mengetahui
perubahan struktur tanah diatas permukaan dasar laut, perubahannya pun masih
dapat dipantau permenit atau perbulan sehingga didapatkan data tahunan. OBT
tidak hanya digunakan untuk itu saja namun, juga digunakan untuk mengetahui
aktivitas magmatik sirkulasi fluida dan masih banyak lagi. Alat ini menggunakan
sensor MEMS yang mempunyai frekuensi terendah yakni 1 Hz namun tidak mungkin
jika frekuensi terendah kurang dari 1 Hz. OBT diperkirakan mempunyai percepatan
seismik yang hampir menyerupai aktivitas seismik daratan atau lapisan litosfer
bumi dengan penyebab aliran panas air ataupun aktivitas tektonik.
Para
ilmuwan percaya bahwa pelepasan energi pada proses tektonik lempeng bertumpu
pada ujung lengan-lengan lempeng yang saling bergerak. Beberapa lengan lempeng
membentuk lembah yang sangat dalam dan sempit yang disebut palung (trench).
Beberapa yang lain membentuk punggungan yang sangat tinggi dan curam yang
disebut dengan tinggian. Pertemuan dua atau lebih lempeng yang berbeda, berada
pada ujung lempeng tersebut, sehingga diketahui sebagai zona pelepasan energi
dari dalam bumi, pemicu terjadinya gempa bumi. Ada empat tipe tepian lempeng
kerak bumi, yaitu tepian divergen (pemekaran), konvergen (zona subduksi/
penunjaman), transform (zona akresi) dan tepian lempeng yang sulit dikenali
(Mulyaningsih, 2010).
Tipisnya
lempeng samudra dapat menunjam secara mulus hingga bagian terbawah lempeng
benua. Walaupun demikian, bagian atas lempeng dan ujung lempeng yang menunjam tersebut,
tentunya akan terdeformasi, bahkan hingga hancur membentuk serpihan-serpihan
yang lebih kecil. Serpihan-serpihan tersebut selanjutnya tertahan pada posisi
asalnya, sampai akhirnya patah setelah tingkat elastisitasnya terlampaui, dan
menyebabkan gempa bumi. Kebanyakan gempa bumi yang ditimbulkan oleh proses
tumbukan tersebut disertai dengan pengangkatan dari lempeng benua dalam
beberapa centimeter hingga beberapa meter membentuk zona akresi
(Sukandarrumidi, 2013).
Kegunaan
OBT inilah yang ditujukan untuk memodelkan pergerakan muka bumi pada proses
Hidrotermal dan proses Geodinamik. Perkembangan dunia sains baik dalam
terapannya maupun keilmuan dan penelitiannya merupakan titik awal pengembangan
rekayasa teknologi untuk manajemen lingkungan yang tepat serta sudah seharusnya
dijadikan acuan pencegahan bencana untuk penyelamatan umat manusia, serta
mempertajam dunia eksplorasi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Sumber
Literatur :
Fabian, Marcus dkk. 2007. The Bremen Ocean Bottom Tiltmeter (OBT) – a
technical article on a new instrument to monitor deep sea floor deformation and
seismicity level. Denmark: Springer Science and Business Media
Mulyaningsih, Sri. 2010. Pengantar Geologi Lingkungan. Yogyakarta: UGM Press
Sukandarrumidi. 2013. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Yogyakarta:UGM Press