Logo Beasiswa LPDP |
Alhamdulillah 'alaa nikmatillah, allahummasholli 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa'alaali sayyidinaa muhammad.
Iya benar sekali, 25 Oktober 2017 menjadi kejutan tersendiri dengan diumumkannya beasiswa LPDP LN 2017. Saya mendaftar melalui jalur Afirmasi Alumni Bidik Misi tujuan Wageningen University and Research dengan jurusan MSc of Aquaculture and Marine Resource Management. Bagaimana saya tidak bersyukur? Beasiswa LPDP adalah beasiswa yang sangat kompetitif dengan pendaftar mencapai ribuan orang, dan apalagi semenjak tahun in ada beberapa kebijakan baru yang sangat mengejutkan, diantaranya adalah:
- Grade standard penilaian dinaikkan,
- Standard Bahasa Inggris dinaikkan dimana TOEFL ITP sudah tidak berlaku lagi kecuali untuk pendaftar jalur afirmasi,
- Jadwal pendaftaran yang dibuka hanya 1 kali dalam 1 tahun dari yang semula 4 x dalam 1 tahun,
- Penggunaan bahasa Inggris secara full untuk seleksi tujuan luar negeri,
- Penambahan seleksi online assessment sebagai salah satu parameter penilaian yang bisa menggugurkan,
- Jumlah awardee yang menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, mengindikasikan adanya pengurangan kuota LPDP tahun 2017 ini.
Itulah kejutan tak terduga dari LPDP, melalui kebijakan baru ini banyak dinamika yang terjadi karena memang kebijakan ini baru dan secara tiba-tiba muncul pada tahun ini. Jadi, bagi siapapun yang berniat untuk mendaftar LPDP monggo disiapkan segala kemungkinan yang terjadi.
Baik, tulisan ini bukan bercerita tentang tips dan trik atau kiat-kiat supaya tembus beasiswa LPDP, juga bukan ajang untuk promosi atau jualan jamu, hehe. Tips dan trik, kiat-kiat lulus LPDP sudah dapat dijumpai dan diakses secara mudah di internet. Jadi, jangan sungkan-sungkan browsing dan baca baca yaa dulurrr :D saya hanya akan menambahkan salah satu poin penting yang banyak orang pemburu beasiswa lupa yaitu track record. Pentingnya membuat rekam jejak dan mencocokkan kriteria yang diinginkan penyedia beasiswa dengan background rekam jejak kita.
Percaya atau tidak lurr, ketika dikumpulkan dalam kelompok PK (Persiapan Keberangkatan, kebetulan saya PK-124) ternyata memang benar awardee LPDP tidak gemen-gemen atau bukan orang biasa-biasa yang sembarangan! Mereka berasal dari latar belakang yang sangat keren dipenuhi prestasi di bidangnya. Rekam jejak kalau saya boleh mengibaratkan adalah senjata atau gaman yang siap dikeluarkan kapan saja.
"Mendaftar beasiswa tanpa mempersiapkan rekan jejak yang baik, ibarat perang tanpa senjata"
Meluangkan waktu beberapa saat tidak menjadi masalah, karena itu adalah bagian proses. Tidak sedikit dari senior-senior kita yang hebat itu telah mengalami kegagalan terlebih dahulu. Bisa jadi, beasiswa yang mereka dapatkan adalah hasil jerih payah ke-sekian kalinya meng-apply. Selagi terus menyiapkan gaman dan mengasahnya setajam mungkin. Jangan selalu meminta yang instant yaa dulurr, maunya sih sekali langsung lulus tetapi kadang kenyataan berbeda dengan harapan.
1. Lantas, kenapa saya bisa lulus?
2. Apa rekam jejak yang menjadi gaman saya?
3. Apakah mungkin LPDP salah memilih orang semacam saya?
Iya, tulisan ini hanyalah sebuah muhasabah pribadi saya dulurr, saya coba untuk berfikir dan merenung proses saya hingga saat ini. Sebuah pilihan keputusan yang besar bagi saya setelah lulus dari Universitas Brawijaya. Saya lulus ditandai dengan yudisium Agustus 2016, dan diwisuda Januari 2017. Setelah lulus hingga saat ini, saya memutuskan untuk tidak mendaftar kerja ke perusahaan apapun dan atau tempat lainnya! Saya memantabkan diri untuk pulang ke kampung halaman, daerah pesisir Selatan Kabupaten Tulungagung. Dengan kata lain ijazah S-1 saya nganggur methekur di dalam lemari, hehe. Sebuah pilihan yang beresiko bukan?
Saya berproses kembali bermasyarakat setelah terasing selama 4 tahun. Selama berproses tidak ada yang mudah, hingga singkat cerita saya mendirikan Green Social Business Kopi Mangrove Segara denga memberdayakan masyarakat pesisir di 4 pantai Tulungagung yaitu Pantai Sine, Pantai Gerangan, Pantai Brumbun, dan Pantai Sidem. Saya berproses selama dua tahun dalam mendirikan dan menjalankan bisnis ini, hingga kami bisa memberdayakan lebih dari 50 warga lokal pesisir Tulungagung.
Sebuah proses yang panjanng sebelum akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar LPDP dan melanjutkan studi lagi, (topik ini akan saya bahas di tulisan selanjutnya) ^^. Tapi, iya benar proses saya membuat kopi dan berjualan kopi telah menghantarkan saya mendapatkan beasiswa LPDP dengan tujuan ke Negeri Kincir Angin. Saya merasa, ini adalah sebuah barokah dari ngopi dan nyethe, barokah karena bekerja untuk masyarakat dan memberdayakan masyarakat pesisir melalui #KopiMangroveSegara. Pesannya adalah:
"Pergilah dan jangan sungkan untuk mengopi karena keberkahan ngopi siapa yang tahu kan?"
Kenapa saya menganggap ini adalah sebuah barokah? Karena percaya atau tidak, selama proses interview berlangsung pembahasan interviewer tidak lepas dari Kopi Mangrove Segara (disini) semua seluk beluk bisnis kami dikupas dari hulu hingga ke hilir, selama interview tidak menyinggung sama sekali tentang rencana studi saya! Bisa se-dulurr bayangkan betapa syiok saya sekaligus bersyukur karena sebenarnya saya sudah menyiapkan sedemikian rupa kemungkinan pertanyaan yang muncul tetapi tidak sesuai prediksi. LoL --- akan saya bagi ceritanya di tulisan selanjutnya tentang interview tak terduga beasiswa LPDP.
Jadi, secara praktis saya hanya seorang penjual kopi, tidak lebih!
Itu adalah latar belakang saya, muhasabah kenapa saya lulus, dan apa yang menjadi gaman saya untuk beasiswa LPDP sekaligus menjadi jawaban untuk pertanyaan nomor 1 dan 2. Untuk pertanyaan ketiga, apakah LPDP salah pilih awardee seperti saya? Wah kalau ini saya tidak bisa menjawab, pihak LPDP mungkin yang lebih tahu, dan mungkin dulurr-dulurr juga memiliki penilaian sendiri. Ibarat pepatah Jawa "Uwong ora iso noleh githokke" atau manusia tidak bisa melihat dirinya sendiri. Karena jujur, sebernarnya masih banyak orang yang secara kualitas lebih di atas saya, berpengalaman lebih mumpuni, memiliki track record lebih baik, segudang pengalaman dan prestasi yang lebih hebat. Tapi wallahua'lam semua sudah terjadi, sekarang menjadi tugas saya untuk mengemban amanah dengan menyelesaikan studi S-2 saya dengan sebaik mungkin sesuai dengan janji yang saya ikrarkan.
Apapun itu, saya bersyukur atas nikmat dan kejutan ini. Alhamdulillah....
Maka hikmah yang saya dapatkan adalah bangun rekam jejak sedulurr apapun itu bidangnya, lakukan dengan ikhlas, niatkan untuk membangun dan berkontribusi untuk masyarakat. Sekecil apapun kontribusi kita, yakin inshaAllah akan membawa barokah untuk kita semua, dan lakukan kontribusi itu secara kontinyu.
Selamat berjuang dan mari kita bersinergi dulurr....
"Mendaftar beasiswa tanpa mempersiapkan rekan jejak yang baik, ibarat perang tanpa senjata"
Meluangkan waktu beberapa saat tidak menjadi masalah, karena itu adalah bagian proses. Tidak sedikit dari senior-senior kita yang hebat itu telah mengalami kegagalan terlebih dahulu. Bisa jadi, beasiswa yang mereka dapatkan adalah hasil jerih payah ke-sekian kalinya meng-apply. Selagi terus menyiapkan gaman dan mengasahnya setajam mungkin. Jangan selalu meminta yang instant yaa dulurr, maunya sih sekali langsung lulus tetapi kadang kenyataan berbeda dengan harapan.
1. Lantas, kenapa saya bisa lulus?
2. Apa rekam jejak yang menjadi gaman saya?
3. Apakah mungkin LPDP salah memilih orang semacam saya?
Iya, tulisan ini hanyalah sebuah muhasabah pribadi saya dulurr, saya coba untuk berfikir dan merenung proses saya hingga saat ini. Sebuah pilihan keputusan yang besar bagi saya setelah lulus dari Universitas Brawijaya. Saya lulus ditandai dengan yudisium Agustus 2016, dan diwisuda Januari 2017. Setelah lulus hingga saat ini, saya memutuskan untuk tidak mendaftar kerja ke perusahaan apapun dan atau tempat lainnya! Saya memantabkan diri untuk pulang ke kampung halaman, daerah pesisir Selatan Kabupaten Tulungagung. Dengan kata lain ijazah S-1 saya nganggur methekur di dalam lemari, hehe. Sebuah pilihan yang beresiko bukan?
Saya berproses kembali bermasyarakat setelah terasing selama 4 tahun. Selama berproses tidak ada yang mudah, hingga singkat cerita saya mendirikan Green Social Business Kopi Mangrove Segara denga memberdayakan masyarakat pesisir di 4 pantai Tulungagung yaitu Pantai Sine, Pantai Gerangan, Pantai Brumbun, dan Pantai Sidem. Saya berproses selama dua tahun dalam mendirikan dan menjalankan bisnis ini, hingga kami bisa memberdayakan lebih dari 50 warga lokal pesisir Tulungagung.
Kopi Mangrove Segara |
"Pergilah dan jangan sungkan untuk mengopi karena keberkahan ngopi siapa yang tahu kan?"
Kenapa saya menganggap ini adalah sebuah barokah? Karena percaya atau tidak, selama proses interview berlangsung pembahasan interviewer tidak lepas dari Kopi Mangrove Segara (disini) semua seluk beluk bisnis kami dikupas dari hulu hingga ke hilir, selama interview tidak menyinggung sama sekali tentang rencana studi saya! Bisa se-dulurr bayangkan betapa syiok saya sekaligus bersyukur karena sebenarnya saya sudah menyiapkan sedemikian rupa kemungkinan pertanyaan yang muncul tetapi tidak sesuai prediksi. LoL --- akan saya bagi ceritanya di tulisan selanjutnya tentang interview tak terduga beasiswa LPDP.
Jadi, secara praktis saya hanya seorang penjual kopi, tidak lebih!
Berjualan dan Promosi Kopi Mangrove Segara bersama Prof. Pattrick McNamara |
Apapun itu, saya bersyukur atas nikmat dan kejutan ini. Alhamdulillah....
Maka hikmah yang saya dapatkan adalah bangun rekam jejak sedulurr apapun itu bidangnya, lakukan dengan ikhlas, niatkan untuk membangun dan berkontribusi untuk masyarakat. Sekecil apapun kontribusi kita, yakin inshaAllah akan membawa barokah untuk kita semua, dan lakukan kontribusi itu secara kontinyu.
Selamat berjuang dan mari kita bersinergi dulurr....