YSEALI: Persahabatan Bervisi Mie Instant

Young SouthEast Asian Leader Initiative Juorney.

Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia

Pembagian Potensi Perikanan Indonesia berdasarkan Region.

Romansa Negeri Sakura: Hakone Moutn Shizuoka Perfecture

AFS Intercultural Learning Japan - Kizuna Bond Project.

Pemetaan Mangrove di Sidoarjo dengan Citra Satelit Landsat

Geographic Information System (GIS) and Remote Sensing.

Friday, October 9, 2015

STUDI PENYEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI MUARA SUNGAI PORONG KABUPATEN PASURUAN

STUDI PENYEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI MUARA SUNGAI PORONG KABUPATEN PASURUAN


  1. Pendahuluan
Sungai Porong merupakan anak sungai Brantas. Sungai porong berperan sebagai jalur pelayaran bagi kapal-kapal kecil nelayan dan karena di muara sungai Porong terdapat delta yang dinamai Pulau Dem dan Pulau Tujuh yang digunakan sebagai area tambak. Proses pendangkalan yang terjadi di muara sungai Porong mengganggu jalur pelayaran.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran sedimen tersuspensi di perairan sekitar muara sungai Porong. Manfaatnya untuk mengetahui potensi pendangkalan di muara sungai Porong dan sekitarnya.
  1. Metode dan Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah sebagai berikut:
  1. Data pasangs surut
  2. Dara arus
  3. Dara sedimen dasar
  4. Data sedimen tersuspensi
Data sekunder yang digunakan adalah:
  1. Data debit sungai Porong Bulan April 2008
  2. Data angin Juanda 9-24 April April 2009
  3. Peta Bathimetri Jawa-Pantai Utara Surabaya hingga Selat Bali
2.1.             Pengambilan Data Arus
Teknik pengukuran arus dapat dilakukan dengan pendekatan Lagrangian atau Eulerian dengan menggunakan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) tipe frekuensi 600Hz. Cara kerjanya dengan melalui gelombang akustik yang dipantulkan melalui transducer dan merambat ke kolom air.
2.2.             Pengambilan Data Pasut
Pengamatan pasang surut dilakukan untuk memperoleh data tinggi muka air laut di lokasi penelitian. Pengamatan pasut dilakukan dengan mencatat data tinggi muka air laut pada setiap interval waktu 1 jam. Rentang waktu pengamatan pasans surut yang dilakukan adalah 15 hari. Cara yang paling sederhana untuk mengamati pasang surut dilakukan dengan palem atau rambu pangamat pasang surut.
2.3.             Pengambilan Data Sedimen
Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan menggunakan dua alat, yaitu sedimen grab untuk mengambil contoh sampel sedimen di muara, sedangkan untuk pengambilan contoh sampel sedimen di sekitar perairan muara sungai Porong diambil dengan menggunakan gravity core grab. Pengambilan contoh sedimen yang tersuspensi digunakan Botol nansen (water sampler).
  1. Pengolahan Data
3.1.     Pengolahan Data Arus
Pengambilan data arus dilakukan dengan teknik pengukuran Lagragian. Dalam proses perekaman data arus didapat juga koordinat titik pengukuran. Data yang didapat dikelompokkan untuk tiap waktu pengukuran 30 menit. Data kecepatan arus dalam cm/s diubah ke satuan m/s.
3.2.     Pengolahan Data Pasut
Data yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan metode admiralty untuk menentukan dinilai MSL,HHWL dan LLWL serta tipe pasang surut.
3.3.     Pembuatan Desain Model
Dalam pembuatan model ini menggunakan modul RMA2 untuk pola sirkulasi arus dan menggunakan modul SED2D untuk pola sebaran sedimen tersuspensi. Untuk menjalankan modul SED2D, harus menjalankan modul RMA2 terlebih dahulu karena solusi dari RMA2 akan digunakan sebagai dasar dari modul SED2D.
  1. Hasil dan Pembahasan
Pengamatan Pasang Surut dilakukan di kolam pelabuhan Indonesia Power Pasuruan dengan koordinat 11301’38,97” BT dan 7o38’41,89” LS. Berdasarkan perhitungan dengan metode Admiralty didapatkan tinggi muka air laut (MSL) 195,141 cm, pasang tertinggi (HHWL) 356,005 cm dan surut terendah (LLWL) 34,277 cm. Pengamatan bilangan formzal didapatkan 0,672 dan bertipe campuran cenderung ganda
4.1.     Kondisi Sediment Dasar
Pengambilan sampel sedimen dasar di perairan muara Sungai Porong tersebar pada 30 stasiun. Kandungan serta jenis sedimen dasar untuk tiap stasiun dapat dilihat pada tabel berikut:


4.2.     Hasil Simulasi Pola Arus Dasar
Pemodelan RMA2 menghasilkan peta pergerakan arus perairan muara sungai Porong. Kondisi tersebut diwakili dengan vektor arus yang memperlihatkan arah dan kecepatan arus yang dihasilkan. Berdasarkan hasil model didapatkan pola pergerakan arus di sekitar perairan muara sungai porong pada saat surut menuju pasang berorientasi dari Timur ke Barat kemudian membelok ke utara saat mendekati garis pantai.
4.3.     Hasil Simulasi Pola Sedimen Tersuspensi
Simulasi sebaran sedimen tersuspensi dilakukan dengan modul SED2D. Daerah studi yang ditinjau sama dengan daerah studi untuk simulasi pola arus. Hasil  simulasi konsentrasi sedimen tersuspensi ini dipengaruhi oleh arus, hasil model arus dengan RMA digunakan sebagai dasar untuk simulasi konsentrasi sedimen tersuspensi ini. Simulasi dilakukan dengan data masukan konsentrasi sedimen tersuspensi diberikan secara konstan selama 15 hari dan dengan besar yang sama. Kondisi perairan diasumsikan untuk 1 masukan sungai saja yaitu sungai porong.
4.4.     Pasang Surut
Dengan menggunakan metode admiralty diperoleh nilai MSL, HHWL, LLWL digunakan sebagai data acuan untuk jalur transportasi air yang menggunakan perairan muara sungai Porong dan sekitarnya. Saat air mengalami surut terendah (LLWL) yaitu 34,277 cm, dari hasil pengamatan di lapangan air laut surut hingga mencapai 1 km dari garis pantai muara sungai Porong. Dari hasil perhitungan nilai F (bilangan Formzahl) diperoleh nilai 0,672 tipe pasang surutnya campuran cenderung ganda. Hal ini sesuai dengan peta sebaran pasang surut di perairan Indonesia pada gambar 16 seperti yang terdapat dalam Triatmodjo (1996) bahwa tipe pasang surut kawasan teluk sekitar selat Madura yaitu campuran cenderung ganda.


PRE-EVENT APUFY 2015 Best Conflict Resolution Ever: Bhineka Tungal Ika

Best Conflict Resolution Ever: Bhineka Tungal Ika

by:

Ikbar Al Asyari (Malang)

Cultural diversity is often referred to as a problem and cause conflict to lead to murder and vandalism. In fact every religion teaches to love, cherish each other, and uphold tolerance.  In Islam, based on Holy Quran Surah. Al-Hujurah 13: O men! Behold, We have created you all out of a male and a female, and have made you into nations and tribes, so that you might come to know one another. Verily, the noblest of you in the sight of God is the one who is most deeply conscious of Him. Behold, God is all-knowing, all-aware. In the holy bible Matthew 22:39 “Love your neighbor as yourself”. In Hindu based on Holy Weda the concept is called Tri Hita Karana: always devoted to Sang Hyang Widdhi (God), live in harmony with the natural environment, and live in harmony with fellow human beings. Living tolerant without seeing: race, religion etc. in relationship with mankind Atharvaveda VII.52.1: Samjnanam nah svebhih, Samjnanam aranebhih, Samjnanam asvina yunam, ihasmasu ni ‘acchalam. In Buddha, Digha Nikaya I:3, Upali Sutta 16-17 and many other (Setiawan et al., 2014). From other religion must be teaching about love and giving a tolerant even with other people which have different religion. But in the fact, there’re so many conflict happen that cause of diversity (prejudice) or religion quibble.

The history has recorded many protracted conflicts, interethnic, interreligious, and tribal. World conflicts that have occurred include: Palestine & Israel conflict, Indonesia-Malaysia, China-Japan, North Korea-Republic of South Korea, Pakistan and India. On the other hand, these conflicts have occurred in the internal Indonesia: Sampit tragedy, conflict of Maluku, 1998 tragedy (ethnic Chinese-local people). It is true, the conflict is not solely due to the difference in ethnicity, religion, and race. However, in the above case is a manifestation of how the philosophy of Diversity (Bhineka Tunggal Ika) is not applied or have been betrayed.
Long ago before Indonesia was established and becoming independent as a nation, Bhineka Tunggal Ika has been applied and the Pancasila without a name has become ideology, and implemented a massively started in Majapahid Empire. Indonesia's diverse society composed of tribes, languages, and religions as well. Motto of Bhineka Tunggal Ika shows the diversity characteristic of the Indonesian nation is precisely because of that difference, then Indonesia is one, and one for Indonesia (Mattulada, 1985). Principle of pluralism and multicultural inside Unity in Diversity is described below:

Fig. 1. Concept of Bhineka Tunggal Ika


Education to about the meaning and implementation of Bhineka Tunggal Ika is a mandatory. With the concept of pluralism, the tolerance will remain intact. Dr. KH. Nuril Arifin, MBA explained the concept of Bhineka Tunggak Ika is the initial concept of birth of Pancasila that make Indonesia as a pluralistic country based on Pancasila than as an Islamic state. Examples can be found is a conflict in the Middle East, the Middle East as a Muslim-majority country and the ideology instead prolonged conflict. Why does this happen? Because he considered the concept of pluralism is a concept that is not quite right so that when capitalist coming over by all the way to get in, then the conflict will occur and the state could be destroyed because it is easily be played. Compared with Indonesia with the principles of pluralism, Gus Nuril explain it will be very difficult to break up Indonesia and physically attacked Indonesia because Indonesia is the principle of Bhineka Tunggal Ika and Pancasila.
The concept of peace and tolerance promoted by Bhineka Tunggal Ika is a reflection of the concept of each religion so that it becomes a very powerful ideology. Many tribes, races, religions coexist peacefully in Indonesia, it is proving Bhineka Tunggal Ika is an ideal concept for Indonesia.
 What if there is a conflict ???
The resolution of the conflict based on the principle of Bhineka Tunggal Ika is becoming so important, we can learn how Bhineka Tunggal Ika is looking at a difference and plurality. Conflict resolutions based on Galtung (2000) Consist of three steps: peacekeeping, peacemaking, and peacebuilding. Conflict resolution of Bhineka Tunggal Ika is familial, the concept accommodates pluralistic, consensus becomes effective ways to resolve conflict.

Reference:
Johan Galtung and Carl G. Jacobsen. 2000. Searching for Peace: The Road to TRANSCEND. London: Pluto Press.
Mattulada. 1985. LATOA. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Setiawan, C. et al. 2014. Toleransi dan Perkauman: Keberagaman dalam Perspektif Agama-Agama dn Etnis-Etnis. Perkumpulan Lentera Timur.


Wilodati. ____. Kesadaran Masyarakat Majemuk dan Kebhineka Tunggal Ikaa-an Kebudayaan di Indonesia. MKDU FPIPS UPI






This article is publish regarding the discussion before APUFY (Asia-Pacific Urban Youth Assembly) 2015 Jakarta on October, 17th-18th.



Please visit: apufy website