YSEALI: Persahabatan Bervisi Mie Instant

Young SouthEast Asian Leader Initiative Juorney.

Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia

Pembagian Potensi Perikanan Indonesia berdasarkan Region.

Romansa Negeri Sakura: Hakone Moutn Shizuoka Perfecture

AFS Intercultural Learning Japan - Kizuna Bond Project.

Pemetaan Mangrove di Sidoarjo dengan Citra Satelit Landsat

Geographic Information System (GIS) and Remote Sensing.

Friday, October 9, 2015

STUDI PENYEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI MUARA SUNGAI PORONG KABUPATEN PASURUAN

STUDI PENYEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI MUARA SUNGAI PORONG KABUPATEN PASURUAN


  1. Pendahuluan
Sungai Porong merupakan anak sungai Brantas. Sungai porong berperan sebagai jalur pelayaran bagi kapal-kapal kecil nelayan dan karena di muara sungai Porong terdapat delta yang dinamai Pulau Dem dan Pulau Tujuh yang digunakan sebagai area tambak. Proses pendangkalan yang terjadi di muara sungai Porong mengganggu jalur pelayaran.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran sedimen tersuspensi di perairan sekitar muara sungai Porong. Manfaatnya untuk mengetahui potensi pendangkalan di muara sungai Porong dan sekitarnya.
  1. Metode dan Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah sebagai berikut:
  1. Data pasangs surut
  2. Dara arus
  3. Dara sedimen dasar
  4. Data sedimen tersuspensi
Data sekunder yang digunakan adalah:
  1. Data debit sungai Porong Bulan April 2008
  2. Data angin Juanda 9-24 April April 2009
  3. Peta Bathimetri Jawa-Pantai Utara Surabaya hingga Selat Bali
2.1.             Pengambilan Data Arus
Teknik pengukuran arus dapat dilakukan dengan pendekatan Lagrangian atau Eulerian dengan menggunakan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) tipe frekuensi 600Hz. Cara kerjanya dengan melalui gelombang akustik yang dipantulkan melalui transducer dan merambat ke kolom air.
2.2.             Pengambilan Data Pasut
Pengamatan pasang surut dilakukan untuk memperoleh data tinggi muka air laut di lokasi penelitian. Pengamatan pasut dilakukan dengan mencatat data tinggi muka air laut pada setiap interval waktu 1 jam. Rentang waktu pengamatan pasans surut yang dilakukan adalah 15 hari. Cara yang paling sederhana untuk mengamati pasang surut dilakukan dengan palem atau rambu pangamat pasang surut.
2.3.             Pengambilan Data Sedimen
Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan menggunakan dua alat, yaitu sedimen grab untuk mengambil contoh sampel sedimen di muara, sedangkan untuk pengambilan contoh sampel sedimen di sekitar perairan muara sungai Porong diambil dengan menggunakan gravity core grab. Pengambilan contoh sedimen yang tersuspensi digunakan Botol nansen (water sampler).
  1. Pengolahan Data
3.1.     Pengolahan Data Arus
Pengambilan data arus dilakukan dengan teknik pengukuran Lagragian. Dalam proses perekaman data arus didapat juga koordinat titik pengukuran. Data yang didapat dikelompokkan untuk tiap waktu pengukuran 30 menit. Data kecepatan arus dalam cm/s diubah ke satuan m/s.
3.2.     Pengolahan Data Pasut
Data yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan metode admiralty untuk menentukan dinilai MSL,HHWL dan LLWL serta tipe pasang surut.
3.3.     Pembuatan Desain Model
Dalam pembuatan model ini menggunakan modul RMA2 untuk pola sirkulasi arus dan menggunakan modul SED2D untuk pola sebaran sedimen tersuspensi. Untuk menjalankan modul SED2D, harus menjalankan modul RMA2 terlebih dahulu karena solusi dari RMA2 akan digunakan sebagai dasar dari modul SED2D.
  1. Hasil dan Pembahasan
Pengamatan Pasang Surut dilakukan di kolam pelabuhan Indonesia Power Pasuruan dengan koordinat 11301’38,97” BT dan 7o38’41,89” LS. Berdasarkan perhitungan dengan metode Admiralty didapatkan tinggi muka air laut (MSL) 195,141 cm, pasang tertinggi (HHWL) 356,005 cm dan surut terendah (LLWL) 34,277 cm. Pengamatan bilangan formzal didapatkan 0,672 dan bertipe campuran cenderung ganda
4.1.     Kondisi Sediment Dasar
Pengambilan sampel sedimen dasar di perairan muara Sungai Porong tersebar pada 30 stasiun. Kandungan serta jenis sedimen dasar untuk tiap stasiun dapat dilihat pada tabel berikut:


4.2.     Hasil Simulasi Pola Arus Dasar
Pemodelan RMA2 menghasilkan peta pergerakan arus perairan muara sungai Porong. Kondisi tersebut diwakili dengan vektor arus yang memperlihatkan arah dan kecepatan arus yang dihasilkan. Berdasarkan hasil model didapatkan pola pergerakan arus di sekitar perairan muara sungai porong pada saat surut menuju pasang berorientasi dari Timur ke Barat kemudian membelok ke utara saat mendekati garis pantai.
4.3.     Hasil Simulasi Pola Sedimen Tersuspensi
Simulasi sebaran sedimen tersuspensi dilakukan dengan modul SED2D. Daerah studi yang ditinjau sama dengan daerah studi untuk simulasi pola arus. Hasil  simulasi konsentrasi sedimen tersuspensi ini dipengaruhi oleh arus, hasil model arus dengan RMA digunakan sebagai dasar untuk simulasi konsentrasi sedimen tersuspensi ini. Simulasi dilakukan dengan data masukan konsentrasi sedimen tersuspensi diberikan secara konstan selama 15 hari dan dengan besar yang sama. Kondisi perairan diasumsikan untuk 1 masukan sungai saja yaitu sungai porong.
4.4.     Pasang Surut
Dengan menggunakan metode admiralty diperoleh nilai MSL, HHWL, LLWL digunakan sebagai data acuan untuk jalur transportasi air yang menggunakan perairan muara sungai Porong dan sekitarnya. Saat air mengalami surut terendah (LLWL) yaitu 34,277 cm, dari hasil pengamatan di lapangan air laut surut hingga mencapai 1 km dari garis pantai muara sungai Porong. Dari hasil perhitungan nilai F (bilangan Formzahl) diperoleh nilai 0,672 tipe pasang surutnya campuran cenderung ganda. Hal ini sesuai dengan peta sebaran pasang surut di perairan Indonesia pada gambar 16 seperti yang terdapat dalam Triatmodjo (1996) bahwa tipe pasang surut kawasan teluk sekitar selat Madura yaitu campuran cenderung ganda.


PRE-EVENT APUFY 2015 Best Conflict Resolution Ever: Bhineka Tungal Ika

Best Conflict Resolution Ever: Bhineka Tungal Ika

by:

Ikbar Al Asyari (Malang)

Cultural diversity is often referred to as a problem and cause conflict to lead to murder and vandalism. In fact every religion teaches to love, cherish each other, and uphold tolerance.  In Islam, based on Holy Quran Surah. Al-Hujurah 13: O men! Behold, We have created you all out of a male and a female, and have made you into nations and tribes, so that you might come to know one another. Verily, the noblest of you in the sight of God is the one who is most deeply conscious of Him. Behold, God is all-knowing, all-aware. In the holy bible Matthew 22:39 “Love your neighbor as yourself”. In Hindu based on Holy Weda the concept is called Tri Hita Karana: always devoted to Sang Hyang Widdhi (God), live in harmony with the natural environment, and live in harmony with fellow human beings. Living tolerant without seeing: race, religion etc. in relationship with mankind Atharvaveda VII.52.1: Samjnanam nah svebhih, Samjnanam aranebhih, Samjnanam asvina yunam, ihasmasu ni ‘acchalam. In Buddha, Digha Nikaya I:3, Upali Sutta 16-17 and many other (Setiawan et al., 2014). From other religion must be teaching about love and giving a tolerant even with other people which have different religion. But in the fact, there’re so many conflict happen that cause of diversity (prejudice) or religion quibble.

The history has recorded many protracted conflicts, interethnic, interreligious, and tribal. World conflicts that have occurred include: Palestine & Israel conflict, Indonesia-Malaysia, China-Japan, North Korea-Republic of South Korea, Pakistan and India. On the other hand, these conflicts have occurred in the internal Indonesia: Sampit tragedy, conflict of Maluku, 1998 tragedy (ethnic Chinese-local people). It is true, the conflict is not solely due to the difference in ethnicity, religion, and race. However, in the above case is a manifestation of how the philosophy of Diversity (Bhineka Tunggal Ika) is not applied or have been betrayed.
Long ago before Indonesia was established and becoming independent as a nation, Bhineka Tunggal Ika has been applied and the Pancasila without a name has become ideology, and implemented a massively started in Majapahid Empire. Indonesia's diverse society composed of tribes, languages, and religions as well. Motto of Bhineka Tunggal Ika shows the diversity characteristic of the Indonesian nation is precisely because of that difference, then Indonesia is one, and one for Indonesia (Mattulada, 1985). Principle of pluralism and multicultural inside Unity in Diversity is described below:

Fig. 1. Concept of Bhineka Tunggal Ika


Education to about the meaning and implementation of Bhineka Tunggal Ika is a mandatory. With the concept of pluralism, the tolerance will remain intact. Dr. KH. Nuril Arifin, MBA explained the concept of Bhineka Tunggak Ika is the initial concept of birth of Pancasila that make Indonesia as a pluralistic country based on Pancasila than as an Islamic state. Examples can be found is a conflict in the Middle East, the Middle East as a Muslim-majority country and the ideology instead prolonged conflict. Why does this happen? Because he considered the concept of pluralism is a concept that is not quite right so that when capitalist coming over by all the way to get in, then the conflict will occur and the state could be destroyed because it is easily be played. Compared with Indonesia with the principles of pluralism, Gus Nuril explain it will be very difficult to break up Indonesia and physically attacked Indonesia because Indonesia is the principle of Bhineka Tunggal Ika and Pancasila.
The concept of peace and tolerance promoted by Bhineka Tunggal Ika is a reflection of the concept of each religion so that it becomes a very powerful ideology. Many tribes, races, religions coexist peacefully in Indonesia, it is proving Bhineka Tunggal Ika is an ideal concept for Indonesia.
 What if there is a conflict ???
The resolution of the conflict based on the principle of Bhineka Tunggal Ika is becoming so important, we can learn how Bhineka Tunggal Ika is looking at a difference and plurality. Conflict resolutions based on Galtung (2000) Consist of three steps: peacekeeping, peacemaking, and peacebuilding. Conflict resolution of Bhineka Tunggal Ika is familial, the concept accommodates pluralistic, consensus becomes effective ways to resolve conflict.

Reference:
Johan Galtung and Carl G. Jacobsen. 2000. Searching for Peace: The Road to TRANSCEND. London: Pluto Press.
Mattulada. 1985. LATOA. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Setiawan, C. et al. 2014. Toleransi dan Perkauman: Keberagaman dalam Perspektif Agama-Agama dn Etnis-Etnis. Perkumpulan Lentera Timur.


Wilodati. ____. Kesadaran Masyarakat Majemuk dan Kebhineka Tunggal Ikaa-an Kebudayaan di Indonesia. MKDU FPIPS UPI






This article is publish regarding the discussion before APUFY (Asia-Pacific Urban Youth Assembly) 2015 Jakarta on October, 17th-18th.



Please visit: apufy website

Saturday, October 3, 2015

Pre-Event APUFY (Asia-Pacific Urban Youth Assembly) 2015 I love YOU (Disaster): A Massive Youth Movement to Practice Strong Leadership in Disaster Preparedness

I love YOU (Disaster): A Massive Youth Movement to Practice Strong Leadership in Disaster Preparedness
#THANKyouDISASTER
by:
Ikbar Al Asyari (Malang)

Smile, tears, and laugh are something common Indonesia, Indonesia is well known as the happiest country in this world with every single problem they had, including disaster. Indonesian always smile every time and everywhere whether they know or not what kind of hazard they’re dealing with. It’s so refresh in our mind in December, 26th 2004 a mega disaster happen in Aceh by tsunami and earthquake 9.1 RS which is more than 160.000 people died and many losses more than $4.500 million. It’s been 11 years since mega tsunami 2004 in Aceh. The next one May, 27th 2006 Yogyakarta was attacked by massive earthquake which is more than 5.700 people died and losses more than $3.000 million. The similar condition also occurs in other countries. Pakistan with its earthquake on October, 8th 2004, earthquake in India on January, 26th 2001. Most of the have more than 5.000 people died and more than $1.000 million losses. There’re so many victim and many losses stuff.  The detail can be seen below:
Comparing with Japan, mega tsunami on March, 11th 2011, a mega earthquake happen 9.0 RS by epicenter in Tohoku. Based on the data, there’re 15.037 people died, 9.487 people disappear, and 5.282 get injured. With almost similar power of disaster, Japan is more ready to deal with disaster reflected by total victim (Muhari et al, 2011).
Disaster preparedness of Japan is the key to anticipate the disaster, The preparedness isn't only about technology and infrastructure, but also human resource development. Upgrading human resource capacity is the most important thing implemented by educating youth and children though disaster education and improving leadership capacity. Preparedness of facing the disaster from the basic science is implemented by collecting the data as much as possible to model the disaster and decide the pola, and mapping the disaster zone as well. Developing human capacity beyond disaster using local wisdom approach through tsunami tendoko which mean when tsunami happens, run away, scatter, save our own life first (Muhari, 2011). Young people and children have a central role as agent of change. Strategy of disaster preparedness is done by disaster awareness and disaster education concept. Disaster isn’t something we have to fear and avoid, disaster is something we should face together. I LOVE YOU (Disaster) is a platform and movement to engage and educate youth and children to build disaster resilience and urban resilience (Istiyanto, 2011).

Educating youth and children as part of the community is so important, seeing children are the most vulnerable when disaster came. Youth and children will lead the community and educate the community. The massive and wide movement can be achieved by involving them, they have the capability to innovate, educate and reach out to their direct and extended family as well as their wider community on how to reduce disaster risk and lead resilience building. Youth and children role is described by picture below:
The concept of I LOVE YOU (Disaster) try to make disaster is something we should face together. It needs youth and children action with local wisdom of disaster zone, supported with creativity, innovation, and technology which is the basic of youth strength and package by strong leadership. With this concept, we can implement disaster preparedness and creating youth and children beyond disaster which means youth and children will lead the community in the middle of disaster.


SOURCES
_____.2011. Ringkasan Eksekutif. (http://siteresources.worldbank.org/ INTINDONESIA/ Resources/ 226271-1150196584718/ ExeSumBhs.pdf). Accessed September, 29th 2015.
Istiyanto, D. 2011. Beberapa Catatan Menuju Strategi Efektif Pengurangan Resiko Bencana Tsunami. Balai Pengkajian Dinamika Pantai: ISTECS
Muhari, A. 2011. Belajar dari Bencana Jepang 11.03.2011. ISTECS
Muhari, A. 2011. Dampak Tsunami Jepang 2011 Terhadap Manusia: Permasalahan Dibalik Tingginya Angka Korban Jiwa. Tohoku University.



This article is publish regarding the discussion before APUFY (Asia-Pacific Urban Youth Assembly) 2015 Jakarta on October, 17th-18th.


Please visit: apufy website

Thursday, October 1, 2015

REKONSTRUKSI PERENCANAAN UTOPIA DAN SIKAP TERHADAP KEPULAUAN KARIMUN JAWA

1.        Pendahuluan
Kepulauan Karimun Jawa secara geografis terletak di Provinsi Jawa Tengah dan telah ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut Karimun Jawa berdasarkan SK. Menhut Nomor 74/Kpts-II/2001; Tgl 15-3-2001. Pulau Karimunjawa (ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah) 1.285,50 ha, dan wilayah perairan 110.117,30 ha.  Kepulauan Karimun Jawa memiliki luas 107.225 ha, yang terdiri dari lautan seluas 100.105 ha, dan daratan seluas 7.120 ha yang tersebar di 27 pulau. Dari 27 pulau tersebut, 5 diantaranya telah berpenghuni yaitu P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang, P. Nyamuk dan P.Genting. Pulau-pulau yang termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari 22 pulau, sedangkan 5 pulau lainnya tidak termasuk ke dalam kawasan tersebut, yaitu P. Genting, P. Sambangan, P. Seruni, P. Cendikian, dan P. Gundul (Yusuf, 2013).

TN Karimunjawa mempunyai luasan total 111.625 ha, terdiri dari wilayah daratan di Pulau Kemujan (ekosistem mangrove) 222,20 ha. Kawasan TN Karimunjawa terdapat lima tipe ekosistem yaitu ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, hutan pantai, hutan bakau, ekosistem padang lamun, dan ekosistem terumbu karang. Berbagai upaya identifikasi dan invetarisasi flora dan fauna telah dilakukan baik oleh Balai Taman Nasional Karimun Jawa (BTNKJ) maupun oleh instansi terkait. Berdasarkan jenis habitatnya, saat ini telah teridentifikasi 262 spesies flora yang terdiri atas 171 flora yang hidup hutan hujan tropis dataran rendah (151 flora hutan hujan tropis, 11 spesies lumut, 15 spesies jamur), 45 spesies mangrove, 34 spesies flora hutan pantai, 11 spesie lamun, 18 spesies rumput laut. Sedangkan untuk fauna, saat ini telah teridentifikasi 897 spesies/genus fauna yang tersusun atas beberapa taxa yaitu Mamalia (7), Aves (116), Reptilia (13), Insekta (42), Pisces (412),Anthozoa (182 skeleractinian dan 23 non skeleractinian), Plathyhelminthes (2), Annelida (2),Gastropoda (47), Bivalvia (8), Cephalopoda (7), Arthopoda (5), Echinodermata (31) (KKP, 2013).
1.        Kondisi Kep. Karimun Jawa
1.2.1.                  Kondisi Fisik dan Alam
Selain kondisi alam yang bagus, kep. Karimun Jawa juga didukung kondisi fisik yang bagus. Iklim di kep. Karimun Jawa termasuk ke dalam tipw C dengan curah hujan 3.000 mm/th dan suhu antara 30-310C. kondisi oseanografi kawasan tersebut rata-rata kecepatan arus adalah 8-25 cm/dt. Kondisi topografi adalah berupa dataran rendah yang bergelombang dan ketinggian antara 0-506 m dari permukaan laut. Kondisi hidrologi kawasan Taman Nasional Karimunjawa tidak terdapat sungai besar, namun terdapat lima mata air besar, yaitu Kapuran (Pancuran Belakang), Legon Goprak, Legon Lele, Cikmas dan Nyamplungan, yang dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan memasak oleh masyarakat sekitar (Supriharyono, 2003).
Fakta di lapangan, keberadaan pulau-pulau kecil di kawasan TN Karimun Jawa sangat strategis sebagai salah satu sumber ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi kepulauan Karimun Jawa yang masih sangat bagus menambal nilai ekonomis kawasan tersebut. Pada kepulauan Karimun Jawa dapat dijumpai berbagai macam ekosistem laut diantaranya: ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, dan ekosistem padang lamun. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang subur dan paling produktif di lautan, hal ini disebabkan oleh kemampuan terumbu untuk menahan nutrien dalam sistem dan berperan sebagai kolam untuk menampung segala masukan dari luar. Yusuf (2013) menyebutkan kondisi terumbu karang di Kep. Karimun Jawa terdapat 20-33 genus. Jumlah terbesar ditemukan di P. Tengah, P. Kecil, P. Krakal Kecil dan P. Kumbang, sedangkan yang terendah ditemukan di P. Kemujan, dan P. Menyawakan. Kepadatan ikan-ikan karang yang didapatkan di perairan Karimunjawa berkisar antara 0,5–3,2 ekor/m2 atau ratarata sebesar 1,14 ekor/m2. Kepadatan terendah ditemukan di P. Menjangan Kecil dan tertinggi di P. Sintok dengan total potensi sumberdaya ikan adalah 653,1 ton/th.
Ekosistem hutan mangrove Taman Nasional Karimunjawa terdapat di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Cemara Kecil, Cemara Besar, Krakal Kecil, Krakal Besar, Mrico, Menyawakan, dan Sintok. Hutan mangrove terluas terdapat di Pulau Kemujan dan Karimunjawa seluas 396,90 ha yang didominasi oleh jenis Exoccaria agallocha sedangkan jenis Rhizhophora stylosa menyebar di seluruh wilayah. Spesies mangrove yang ditemukan di Karimunjawa terdiri dari 44 spesies yang terdiri atas 26 spesies mangrove sejati dan 13 spesies mangrove ikutan yang berada di dalam kawasan dan 5 spesies di luar kawasan taman nasional. Padang lamun tersebar diseluruh kawasan taman nasional hingga kedalaman 25 m. Jenis lamun yang ditemukan sebanyak 9 jenis yaitu Enhalus acroides, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, C.Serulata, Halodule pinifolia, H.univervis, Syringodium isotifolium, dan Thalassodendrum ciliatum. Dengan persentase penutupan dan kerapatan relatif cukup banyak pada jenis Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis (Anggraeni, 2008).
1.2.2.                  Kondisi Sosial

Berdasarkan Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2002, kawasan Taman Nasional Karimunjawa dihuni penduduk sebanyak 8.842 jiwa. Tingkat pendidikan di Kepulauan Karimunjawa lebih banyak tamat, tidak tamat dan belum sekolah. Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pendidikan karena penduduk usia sekolah banyak bekerja membantu orang tua, rendahnya kesadaran dan keterbatasan biaya.
Mata pencaharian masyarakat karimunjawa didominasi oleh buruh tani/nelayan yaitu sebesar 61%. Hal ini mengindikasikan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya perikanan. Masyarakat  Karimunjawa berasal dari etnis Jawa, Madura, Bajo, Bugis, Muna, Luwu, Buton dan Mandar. Mayoritas penduduk Karimunjawa berasal dari Jawa, namun sebagian besar etnis telah berbaur dan berinteraksi dengan etnis lain. Salah satu kebiasaan warga karimunjawa pada setiap Kamis malam adalah mengadakan acara tahlillan secara bergilir di setiap lingkungan dengan tujuan mempererat silaturahmi.

1.        Rencana Pengembangan Kep. Karimun Jawa
Kepulauan Karimun Jawa memiliki kondisi alam yang sangat bagus dan memiliki kearifan masyarakat yang pro aktif dalam pembangunan dan pengembangan kawasan konservasi TN Karimun Jawa. Dengan kondisi alam dan masyarakat yang dinamis dan aktif, maka pengembangan dan pembangunan daerah Kep. Karimun Jawa adalah sebagai kawasan konservasi dan ekowisata secara terpadu berbasis masyarakat. Menurut Balai Taman Nasional Karimun Jawa (2004) visi utama pengembangan TN Karimun Jawa adalah memanfaatkan potensi sumber daya yang ada dengan melestarikan fungsi ekosistem menuju terwujudnya hubungan yang seimbang, seriasi, selaras antara manusia dan lingkungannya yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayah kepulauan karimunjawa.
Keterpaduan dan integrasi Kep. Karimun Jawa dapat dicapai dengan adanya 1.) keberadaan sumberdaya pesisir dan lautan yang besar dan beragam, 2.) peningkatan pembangunan dan jumlah penduduk, 3.) tuntutan keseimbangan antara kepentingan konservasi dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi dalam proses pembangunan. Pengembangan aspek sosial, ekonomi, dan budaya: dilakukan secara berkelanjutan dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspirasi masyarakat serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada. Integrasi dan keterpaduan pengelolaan Kep. Karimun Jawa meliputi beberapa hal diataranya: aspek ekologis, sektor, multi disiplin ilmu, stakeholder, dan private sector. Pendekatan keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan kawasan kep. Karimunjawa menjadi sangat penting, sehingga diharapkan dapat terwujud satu rencana dan satu pengelolaan serta tercapainya pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Balai Taman Nasional Karimun Jawa (2004) menentukan arah kebijakan pengelolaan Kep. Karimun Jawa menjadi 5 arah kebijakan. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Kebijakan pemberdayaan masyarakat (memperkuat peran penduduk asli, dan pembangunan ekonomi masyarakat)
2.      Kebijakan konservasi lingkungan biofisik
3.      Kebijakan sistem pemanfaatan zona
4.      Kebijakan pengembangan pariwisata bahari terpadu
5.      Kebijakan pengembangan kelembagaan dan pembiayaan.


2.    Pengembangan Sektor Ekowisata Kep. Karimun Jawa
Sektor pariwisata adalah sektor pendongkrak roda perekonomian. Sektor pariwisata mampu memberikan sumbangan besar bagi perkembangan kehidupan masyarakat sekitar. Sektor wisata dipadupadankan dengan ekologis menajdi ekowisata. Konsep ekowisata diharapkan mampu menggerakan roda ekonomi dengan tetap ramah terhadap lingkungan. Pembangunan Kep. Karimunjawa harus mampu mengakomodir dua hal penting, yaitu kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Oleh karenanya pembangunan Karimunjawa harus memiliki manfaat terbesar untuk masyarakat. Orientasi pengembangan harus memiliki keseimbangan kepentingan antara ekonomi dan konservasi dan seluruh rangkaian proses dari pengembangan sampai dengan pembangunan melibatkan masyarakat dan stakeholder terkait. Pariwisata dikembangkan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut:
1.    Pariwisata sebagai industri,
2.    Pariwisata berkelanjutan
3.    Pariwisata sebagai pengembangan wilayah
4.    Keterpaduan sistem permintaan dan penawaran
5.    pemberdayaan masyarakat lokal
6.    Sinergis dan komplementasi
Tampaknya, konsep ekowisata (eco-tourism) hanya menjadi wacana belaka. Konsep ini hanya sebagai konsep, tetapi pada kenyataan lapang tetap menimbulkan masalah degradasi lingkungan. Secara umum, fungsi utama kawasan taman nasional adalah sebagai daerah perlindungan sumberdaya alam hayati dan non hayati. Kerusakan lingkungan dari proses penangkapan ikan yang kurang ramah lingkungan, waste management yang kurang bagus ditambah dengan jumlah wisatawan yang semakin besar.
Degradasi yang terjadi dapat dilihat dari tabel di bawah menurut Suryanti (2010):

Data di atas merupakan data yang didapat dari analisa citra satelit dalam skala periode waktu. Data didapat dari perbandingan tahun 1991, 2002, 2004, dan 2009. Terdapat perubahan yang signifikan dari tahun 1991 hingga tahun 2002. Ekosistem karang hidup mengalami degradasi sebesar 15,1%, lamun sebesar 9,1%, dan mangrove mengalami perluasan 43,0%. Tahun 2002-2004 degradasi 6,4%, 0,3%, dan 51,4% untuk karang hidup, lamun, dan mangrove. Kondisi ini terus berlangsung dari waktu ke waktu hingga saat ini.
Dari data diatas, ekowisata memang cara baik untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Akan tetapi, fakta di lapang ekowisata masih tidak bisa menyeimbangkan antara kebutuhan ekonomi dan ekologi. Dengan demikian TN Karimun Jawa, kabupaten Jepara harus dikembalikan ke tujuan semula untuk tujuan konservasi dan perlindungan lingkungan.

REFERENSI

Anggraeni, R. 2008. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
BTNKJ. 2004. Penataan Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Departemen Kehutanan.
KKP. 2013. Basis Data Konservasi. (http://kkji.kp3k.kkp.go.id/ index.php/basisdata- kawasan-konservasi/details/1/13). Diakses pada 28 September 2015 Pukul 16.59.
Supriharyono. 2003. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suryanti. 2010. Degradasi Pantai Berbasis Ekosistem di Pulau Karimun Jawa Kabupaten Jepara. Semarang: Universitas Diponegoro.
Yusuf, M. 2013. Kondisi Terumbu Karang dan Potensi Ikan di Perairan Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Semarang: Universitas Diponegoro.