Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar
Mangrove Avicennia marina di Perairan Teluk Kendari
Perairan pesisir merupakan salah satu dari
lingkungan perairan yang banyak mendapat pengaruh dari buangan limbah, baik
yang berasal dari daratan maupun di laut lepas. Semakin tinggi aktivitas yang
terjadi disekitar perairan baik di darat maupun areal pantainya maka kadar
logam berat dapat meningkat pula. Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat
yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia serta merupakan unsur logam berat
yang tidak dapat terurai oleh proses alam (Zhang., et al, 2007). Pb yang
masuk ke dalam badan perairan merupakan dampak dari aktivitas kehidupan
manusia. Diantaranya adalah air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan
dengan Pb.
Mangrove merupakan salah
satu ekosistem pesisir yang mempunyai peranan penting di estuari. Panjaitan (2009),
mengemukakan bahwa mangrove memiliki kemampuan dalam menyerap bahan-bahan
organik dan non organik dari lingkungannya kedalam tubuh melalui membran sel.
Proses ini merupakan bentuk adaptasi mangrove terhadap kondisi lingkungan yang
ekstrim. Amin (2001), menambahkan melalui akarnya, vegetasi ini dapat menyerap
logam-logam berat yang terdapat pada sedimen maupun kolom air.
Pengambilan sampel air
adalah untuk mengukur kualitas air berupa suhu, salinitas dan pH. Pengukuran
dan pengamatan dilakukan secara langsung dengan melakukan 3 kali ulangan pada
setiap stasiun pengamatan. Satu diantara beberapa spesies mangrove yang
memiliki kemampuan menyerap logam berat adalah Api-api (Avicennia marina).
Rohmawati (2007), mengemukakan bahwa pohon A. marina memiliki upaya
penanggulangan materi toksik lain diantaranya dengan melemahkan efek racun
melalui pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan banyak air untuk
mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga
mengurangi toksisitas logam tersebut. Kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar
dapat diketahui dengan mengambil sampel akar mangrove A. marina dengan
ukuran diameter batang berkisar 25-30 cm, tinggi berkisar 3-5 m. Sampel akar
yang diambil dari 3 titik pengambilan dikeringkan selama beberapa minggu untuk
menghilangkan kadar airnya. Kemudian sampel akar dihaluskan dengan menggunakan
blender, sedangkan untuk air dapat langsung dianalisis. Sampel akar ditimbang
sebanyak 5 gr kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 450-5000C
(pengabuan) selama ± 1 jam. Setelah proses pengabuan selesai selanjutnya sampel
akar tersebut dilarutkan dengan menambahkan 10 ml HNO3. Kemudian ditambahkan
akuades sampai volume menjadi 50 ml. Larutan tersebut dipanaskan dengan hot
plate sampai mendidih dan volume berkurang 30 ml. Bila belum terjadi kabut
ulangi penambahan HNO3 sebanyak 20 ml pada larutan tersebut, kemudian
dipanaskan kembali hingga terjadi kabut. Setelah terjadi kabut tambahkan
kembali larutan dengan akuades sehingga volume sampel menjadi 50 ml, lalu diendapkan.
Larutan yang telah
diendapakan disaring fasa airnya dengan kertas saring. Larutan yang diperoleh
siap dianalisis dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometric).
Untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb) pada air dapat diketahui dengan
mengambil air dengan menggunakan botol sampel, dari setiap stasiun pengamatan
dengan 3 kali ulangan. Sampel air laut di ukur 100 ml, kemudian di tambahkan 10
ml HNO3 pekat. Panaskan dalam hot plate sampai volume berkurang 30 ml.
Tambahkan kembali larutan dengan akuades sampai volume menjadi 100 ml, kemudian
di endapkan. Larutan yang telah diendapkan disaring frasa airnya dengan kertas
saring. Larutan yang diperoleh siap dianalisis dengan menggunakan AAS (Atomic
Absorption Spectrophotometric).
Logam Timbal (Pb)
ditimbang sebanyak 1 g. Kemudian dilarutkan dengan akuades dalam labu takar
1000 ml. Larutan tersebut mengandung 1000 ppm yang dinamakan larutan induk.
Sebanyak 10 ml dari larutan induk dipipet lalu dimasukkan ke dalam labu takar
100 ml kemudian ditambahkan akuades sampai garis tanda akhir. Larutan yang
diperoleh mengandung kosentrasi 100 ppm. Dari larutan 100 ppm. Dari larutan 100
ppm dipipet sebanyak 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian
ditambahkan akuades sampai garis tanda akhir untuk mendapatkan larutan dengan
kosentrasi 10 ppm. Dibuat larutan dengan kosentrasi 10 ppm sebanyak 5 ulangan
untuk mempermudah larutan standar berikutnya. Untuk mendapatkan larutan standar
dengan kosentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ppm, berturut-turut di pipet
sebanyak 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml dan 10 ml dari larutan 10 ppm lalu
masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kamudian ditambahkan
akuades sampai garis tanda akhir. Alat AAS diset terlebih dahulu, kemudian
dikaliberasikan dengan kurva standar dari logam Pb dengan kosentrasi 0,2; 0,4;
0,6; 0,8; dan 1 ppm. Diukur absorbansi atau kosentrasi masing-masing sampel.
Analisis Data
Untuk mengetahui kosentrasi logam berat yang
sebenarnya digunakan rumus Hutagalung dan Permana (1994) pada persamaan
(1) berikut: K.sebenarnya=K AAS x V.p W.s
Dimana : K. sebenarnya
= Konsentrasi sebenarnya (mg/kg)
K AAS = Konsentrasi Atomic
Absorption Spectrophotometric (mg/L)
V.p = Volume pelarut
(L)
W.s = Berat Sampel (mg)
Data yang diperoleh dari hasil perhitungan
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis
deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan kadar logam berat
Timbal (Pb) pada akar mangrove A. marina.
0 comments:
Post a Comment