Thursday, October 16, 2014

Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Mangrove Avicennia marina di Perairan Teluk Kendari


Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Mangrove Avicennia marina di Perairan Teluk Kendari

  


 Perairan pesisir merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang banyak mendapat pengaruh dari buangan limbah, baik yang berasal dari daratan maupun di laut lepas. Semakin tinggi aktivitas yang terjadi disekitar perairan baik di darat maupun areal pantainya maka kadar logam berat dapat meningkat pula. Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia serta merupakan unsur logam berat yang tidak dapat terurai oleh proses alam (Zhang., et al, 2007). Pb yang masuk ke dalam badan perairan merupakan dampak dari aktivitas kehidupan manusia. Diantaranya adalah air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan Pb.
Mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang mempunyai peranan penting di estuari. Panjaitan (2009), mengemukakan bahwa mangrove memiliki kemampuan dalam menyerap bahan-bahan organik dan non organik dari lingkungannya kedalam tubuh melalui membran sel. Proses ini merupakan bentuk adaptasi mangrove terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim. Amin (2001), menambahkan melalui akarnya, vegetasi ini dapat menyerap logam-logam berat yang terdapat pada sedimen maupun kolom air.
Pengambilan sampel air adalah untuk mengukur kualitas air berupa suhu, salinitas dan pH. Pengukuran dan pengamatan dilakukan secara langsung dengan melakukan 3 kali ulangan pada setiap stasiun pengamatan. Satu diantara beberapa spesies mangrove yang memiliki kemampuan menyerap logam berat adalah Api-api (Avicennia marina). Rohmawati (2007), mengemukakan bahwa pohon A. marina memiliki upaya penanggulangan materi toksik lain diantaranya dengan melemahkan efek racun melalui pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan banyak air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga mengurangi toksisitas logam tersebut. Kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar dapat diketahui dengan mengambil sampel akar mangrove A. marina dengan ukuran diameter batang berkisar 25-30 cm, tinggi berkisar 3-5 m. Sampel akar yang diambil dari 3 titik pengambilan dikeringkan selama beberapa minggu untuk menghilangkan kadar airnya. Kemudian sampel akar dihaluskan dengan menggunakan blender, sedangkan untuk air dapat langsung dianalisis. Sampel akar ditimbang sebanyak 5 gr kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 450-5000C (pengabuan) selama ± 1 jam. Setelah proses pengabuan selesai selanjutnya sampel akar tersebut dilarutkan dengan menambahkan 10 ml HNO3. Kemudian ditambahkan akuades sampai volume menjadi 50 ml. Larutan tersebut dipanaskan dengan hot plate sampai mendidih dan volume berkurang 30 ml. Bila belum terjadi kabut ulangi penambahan HNO3 sebanyak 20 ml pada larutan tersebut, kemudian dipanaskan kembali hingga terjadi kabut. Setelah terjadi kabut tambahkan kembali larutan dengan akuades sehingga volume sampel menjadi 50 ml, lalu diendapkan.
Larutan yang telah diendapakan disaring fasa airnya dengan kertas saring. Larutan yang diperoleh siap dianalisis dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometric). Untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb) pada air dapat diketahui dengan mengambil air dengan menggunakan botol sampel, dari setiap stasiun pengamatan dengan 3 kali ulangan. Sampel air laut di ukur 100 ml, kemudian di tambahkan 10 ml HNO3 pekat. Panaskan dalam hot plate sampai volume berkurang 30 ml. Tambahkan kembali larutan dengan akuades sampai volume menjadi 100 ml, kemudian di endapkan. Larutan yang telah diendapkan disaring frasa airnya dengan kertas saring. Larutan yang diperoleh siap dianalisis dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometric).
Logam Timbal (Pb) ditimbang sebanyak 1 g. Kemudian dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 1000 ml. Larutan tersebut mengandung 1000 ppm yang dinamakan larutan induk. Sebanyak 10 ml dari larutan induk dipipet lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian ditambahkan akuades sampai garis tanda akhir. Larutan yang diperoleh mengandung kosentrasi 100 ppm. Dari larutan 100 ppm. Dari larutan 100 ppm dipipet sebanyak 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian ditambahkan akuades sampai garis tanda akhir untuk mendapatkan larutan dengan kosentrasi 10 ppm. Dibuat larutan dengan kosentrasi 10 ppm sebanyak 5 ulangan untuk mempermudah larutan standar berikutnya. Untuk mendapatkan larutan standar dengan kosentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ppm, berturut-turut di pipet sebanyak 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml dan 10 ml dari larutan 10 ppm lalu masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kamudian ditambahkan akuades sampai garis tanda akhir. Alat AAS diset terlebih dahulu, kemudian dikaliberasikan dengan kurva standar dari logam Pb dengan kosentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ppm. Diukur absorbansi atau kosentrasi masing-masing sampel.
                      Analisis Data Untuk mengetahui kosentrasi logam berat yang sebenarnya digunakan rumus Hutagalung dan Permana (1994) pada persamaan (1) berikut: K.sebenarnya=K AAS x V.p W.s
Dimana : K. sebenarnya = Konsentrasi sebenarnya (mg/kg)
K AAS = Konsentrasi Atomic Absorption Spectrophotometric (mg/L)
V.p = Volume pelarut (L)
W.s = Berat Sampel (mg)

                      Data yang diperoleh dari hasil perhitungan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar mangrove A. marina.

0 comments: