Antioksidan adalah senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas,
seperti enzim SOD (Superoksida Dismutase), gluthatione dan katalase.Selain itu
antioksidan juga dapat diperoleh dari makanan yang mengandung vitamin C,
betakaroten serta asam fenolik. Bahan pangan yang menjadi sumber antioksidan
alami adalah buah-buahan, sayuran, rempah-rempah, cokelat dan biji-bijian
(Prakash 2001 dalam Maulida dan Zulkarnaen 2010).
Antioksidan adalah zat yang mampu memperlambat atau menghambat
proses oksidasi. Senyawa ini mampu melindungi sel dari efek yang berbahaya
yaitu dari radikal bebas oksigen reaktif yang berkaitan dengan penyakit.Radikal
bebas merupakan spesies yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak
berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi.Protein
lipida dan DNA sel manusia merupakan pasangan electron yang baik.Radikal bebas
berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya.Kondisi oksidasi
dapat menyebabkan kerusakan protein dan DNA, kanker dan penuaan.Penuaan
merupakan suatu gangguan metabolisme. Gangguan glycometabolismeakan mengarah pada
kelainan metabolisme jantung, hati, ginjal, otak dan organ vital lainnya,
akhirnya penuaan muncul. Untuk
mengurangi radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh, maka kita perlu
mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C, vitamin E dan
karotenoid. Dalam paper ini akan dibahas bahan antioksidan yang berasal dari
jellyfish Rhopilema esculentum.
Jellyfish merupakan
organisme kelas Scypozoa, orde Rhizostomeae dan family Rhopimela.Spesies yang
digunakan adalah Rhopilema
esculentum, spesies ini merupakan spesies yang memiliki
nilai ekonomis tinggi, yang berperan sebagai pemutar roda perekonomian di pasar
perikanan Asia.China adalah negara pertama yang memproses jellyfish untuk
dikonsumsi manusia, dan orang-orang Cina telah menggunakan jellyfish sebagai
seafood selama lebih dari seribu tahun silam.Jellyfishmemiliki kandungan gizi
yang tinggi, kaya akan protein, kalsium, fosfor, yodium, zat besi, vitamin dan
lain sebagainya. Jellyfish terdiri dari air dan protein.Pada jellyfish kering
50% berat terdiri dari protein, dengan gula beberapa persen dan tidak ada lemak
dan kolesterol, sehingga jellyfish merupakan makanan sehat yang kaya protein
dan rendah lemak. Disamping itu, diyakini jellyfish juga memiliki banyak khasiat uuntuk kesehatan, diantaranya
bisa menyembuhkan penyakit arthritis, hipertensi, nyeri punggung, bisul,
tracheitis, asma, sembelit, menambah kecantikan dan mengurangi kelelahan.
Jellyfish juga berpotensi untuk membangun kembali otot, tulang rawan dan
tulang, protein aktif yang ada didalam Rhopilema
esculentum memiliki aktivitas antioksidan.
In Vitro
determination of antioxidant activity of proteins from jellyfish Rhopilema esculatum
1
Bahan dan Metode
1.1
Bahan Kimia
Bahan
Kimia yang digunakan meliputi Bovine serum albumin (BSA), butylated
hydroxyanisole (BHA), nicotinamide adenine dinucleotide-reduced (NADH), nitro
blue tetrazolium (NBT), phenazine methosulphate (PMS), hydrogen peroxide
(H2O2), ethylene diamine tetra-acetic acid (EDTA), potassium ferricyanide and
ferric chloride were purchased from Sigma. Sephadex (G-100, G-50, G-200).
1.2
Isolasi Protein
Ubur-ubur
jenis R.esculentum diambil di teluk
Aoshan di Qingdao, Provinsi Shandong, China pada Bulan Agustus 2003.Bagian
mulut lengannya dipotong secara in vivo kemudian di masukkan kedalam kantong
plastik dan dibekukan dengan suhu 20˚C. Lengan yang sudah beku di isonifikasi
dalam suhu 4˚C, kemudian diberikan larutan buffer (0,01 M, pH 6) sebanyak 8
kali setiap 30 detik pada 100 mv.
1.3
Uji Radikal Anion Superoksida
Uji Radikal Anion Superoksida merupakan kemampuan protein yang
telah di uji dengan menggunakan metode yang sudah dijelaskan dengan sedikit
modifikasi.Radikal Anion Superoksida dihasilkan dalam sistem PMS-NADH melalui
oksidasi NADH dan diuji dengan berkurangnya NBT. Dalam penelitian ini, radikal
anion superoksida yang dihasilkan dalam 2,5 ml larutan penyangga Tris HCl (16
mM, pH 8,0) yang mengandung 0,5 ml larutan NBT (300 ml) 0,5 ml larutan NADH
(468 lm) dan protein sampel (0.47- 290 lg / ml). Penurunan reaksi adsorbansi
campuran ditunjukkan pada peningkatan dari nilai uji radikal anion superoksida.
Kemampuan Uji Radikal Anion Superoksida dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
% Scavenging effect = [(A0 - A1)/A0 x 100
Dimana
A0 adalah absorbansi kontrol (tanpa sampel protein) dan A1 adalah absorbansi
campuran yang mengandung sampel protein.
1.4
Pengujian Radikal Hidroksil
Sebuah reaksi campuran, dengan total
volume 4,5 ml, yang mengandung sampel protein sebanyak 0.62–65.10 µg/ml.
Kemudian di inkubasi dengan EDTA–Fe2+ (220 µM),
Safranine O (0.23 µM) dan H2O2 (60 µM)
dalam buffer fosfat potasium (150 mM, PH 7.4) selama 30 menit dengan suhu 37˚C.
Absorbansi campuran diukur pada 520 nm. Setelah itu, Radikal hidroksil akan
memutih dalam safranine O, jadi penurunan reaksi absorbansi campuran yang ditunjukkan dengan
menurunnya kemampuan pengujian radikal hidroksil.
1.5
Total antioksidan menggunakan uji sistem model Beta -carotene–linoleate
Total aktiffitas Antioksidan dari
sampel protein sudah pernah dievaluasi oleh sistem model Beta -carotene–linoleate (Hidalgo, Ferna´ndez, Quilhot, &
Lissi, 1994) dengan sedikit modifikasi. Asam linoleic (20 mg) dan Tween-40 (200
mg) dicampurkan dengan 0.5 ml chloroform.chloroform dipindahkan pada 40 °C di
bawah vacum menggunakan rotary evaporator. Hasil campuran dengan seketika
dicairkan dengan 10 ml air saringan sebanyak 3 kali dan di aduk selaman 1-2
menit.Selanjutnya emulsi dibuat memadai hingga 50 ml dengan air oksigen.
Aliquots (4ml) dari emulsi di transfer ke tabung berbeda berisi 0,2 ml sampel
protein. BHA digunakan untuk tujuan perbandingan. Sebuah kontrol, diisi 0,2 ml
air saringan dan 4 ml emulsi yang telah disiapkan. Tabung reaksi ditempakan
pada suhu 50°C di kamar mandi. Absorban dari semua sampel pada 70 nm di ambil
pada waktu 0 (t=0), ukuran absorban dilanjutkan hingga warna beta –carotene menghilang pada reaksi kontrol (t =
270 menit) pada interval 30 menit (gambar 1). Sebuah campuran telah disipakan
sebelumnya, tanpa Beta –carotene, disajikan kosong.Semua penentuan
diselesikan sebanyak 3 kali.
Fig.
1.Chromatogram of R. esculentum protein by Sephadex chromatography. (a)
Chromatogram of crude protein by Sephadex G-100 chromatography, two major
protein peaks were obtained at the flow rate of 25 ml/h. (b) Chromatogram of
the second peak by Sephadex G-50 chromatography, one protein peak was obtained
at the flow rate of 25 ml/h. (c) Chromatogram of the first peak by Sephadex
G-200 chromatography, one protein peak was obtained at the flow rate of 25
ml/h.
1.1
Penentuan Pengurangan Power
Pengurangan
power sampel protein ditentukan menggunakan metode Yen and Duh (1993).
Perbedaan konsentrasi sampel protein dalam 3,5 ml penyangga fosfat (0.2 M, pH
6.6) yang dicampurkan dengan 2.5 ml dari 1% potassium ferricyanide dalam tabung
10 ml. Campuran diinkubasi selama 20 menit pada suhu 50°C. Di akhir inkubasi, tambahkan
2.5 ml dari10% asam trichloroacetic diikuti dengan sentrifugasi pada 5000 rpm
selama 10 menit. Cairan supernatant (2,5 ml) ditambahkan dengan 2,5 ml air
saringan dan 0,5 ml dari 0,1 % ferric chloride dan absurban di takar pada 700
nm. Tes pengurangan power dilakukan sebanyak 3 kali. Kenaikan absorban dari
campuran reaksi merupakan indikasi pengurangan power sampel protein
1.2
Aktifitas Chelat Metal
Chelating
ion sulfida besi belerang sebagai sampel dan standart telah di estimasi oleh
metode dari Dinis, Madeira,and Almeida (1994). Sampel di tambahkan ke sebuah
larutan 2 mM FeCl2 (0,05 ml). Reaksi akan bereaksi ketika ditambahkan 5 mM
ferrozine (0,2 ml) dan di aduk secara merata lalu biarkan pada suhu ruang
selama 10 menit. Setelah percampuran merata, larutan absorben kemudian ditakar
dengan spectrophotometrical pada 562 nm.Semua analisa dilakukan sebanyak 3
kali. Persentase hambatan ferrozine –Fe2+ formasi komplek diberikan
formula seperti dibawah ini :
% persentasae Chelating = [(A0 - A1)/ A0]
x 100;
Dimana A0 adalah kontrol
absoerban dan A1 adalah persentase absorbean pada sampel dan
standart.Kontrol diisi FeCl2 and ferrozine, formasi molekul kompleks.
1.3
Analisa Statistik
Semua data menyatakan bahwa titik tengah kurang lebih
SD dari ukuran tiga paralel. Data yang dianalisis oleh mahasiswa
menggunakan t-test dan semua test dipertimbangkan secara signifikan pada
p<0 o:p="">0>
2.
Hasil
2.1
Isolasi Protein
Dua
puncak protein utama muncul dalam elusi Sephadex G-100 (Gambar. 1 (a)). Volume
yang dielusi dari puncak pertama adalah 14,8 ml dan hampir sama dengan volume
kosong (14 ml), Volume yang dielusi dari puncak kedua 36 ml. Dalam rangka untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, Sephadex G-50 dan Sephadex G-200 yang
diterapkan untuk mengisolasi puncak kedua dan puncak pertama, masing-masing,
dan satu puncak diperoleh oleh Sephadex G-50 kromatografi dan Sephadex G-200
kromatografi (Gambar. 1 (b) dan (c)).
Volume
yang dielusi dari puncak protein hampir sama dengan volume yang kosong dari kromatografi Sephadex G-200, hal
ini menunjukkan bahwa berat molekul puncak yang pertama terlalu tinggi untuk
melampaui kisaran isolasi dari Kromatografi Sephadex G-200 dan filtrasi gel
chromatographfy tidak bisa mengisolasi protein pertama
2.2
Pengujian Radikal Anion Superoksida
Dalam
PMS / NADH-NBT sistem, anion superoksida radikal berasal dari oksigen terlarut
oleh PMSNADH yang bereaksi kopling mengurangi NBT.Penurunan absorbansi, pada
560 nm, dengan antioksidan menunjukkan konsumsi radikal anion superoksida di
campuran reaksi.
Tabel
1 menunjukkan persentasi efek pembilasan pada radikal anion superoksida protein
kasar (CP), puncak pertama (FP) dan puncak kedua (SP).Sampel protein memiliki
anion superoksida yang kuat. Untuk CP, pada konsentrasi dari 19,34 290 lg / ml,
presentase efek pembilasan di superoksida yang memiliki anion radikal dari
21,0% menjadi 89,5%. Dampak pembilasan tergantung pada konsentrasi dan korelasi
di antara mereka; koefisien korelasi (r) adalah 0,9861 (Tabel 3). Untuk FP,
pada konsentrasi 3,13-31,3 lg / ml.
FP dan SP menunjukan superoksida kegiatan
radikal-pembilasan jauh lebih tinggi daripada melakukan BHA, BHT,
atau-tokoferol. Efek
superoksida anion radikal-pembilasan dari sampel protein adalah seperti
berikut: SP> FP> CP.
2.1
Pengujian Pembilasan Hidroksil Radikal
Hidroksil
radikal, diketahui akan dihasilkan melalui reaksi Fenton dalam sistem ini,
telah dilakukan pembilasan oleh sampel protein. Tabel 2 menunjukkan efek
pembilasan sampel dan standar protein.
Untuk
CP, pada konsentrasi 13,0-65,1 lg / ml, efek pembilasan adalah dari 10,6%
menjadi 69,3%. Untuk FP, pada konsentrasi 1,12-44,9 lg / ml, efek yang dicari
tersebut dari 3,46% menjadi 68,6%. Untuk SP, pada konsentrasi dari 0,62-9,99 lg
/ ml, efek yang dicari tersebut dari 17,2% menjadi 94,5%. Korelasi antara efek
pembilasan dan konsentrasi CP dan FP adalah linier dan rs adalah 0,9968 dan
0,9957, masing-masing; Adapun SP, korelasi adalah logaritmik dan r adalah
0,9722 (Tabel 3).
Tiga
protein sampel menunjukkan jauh lebih tinggi radikal hidroksil-pembilasan
Kegiatan vitamin C atau manitol. Nilai EC50 CP, FP dan SP adalah 48,8, 45,4 dan
1,52 lg / ml, tetapi EC50 nilai Vitamin C dan manitol adalah 1.907 dan 4.536 lg
/ ml, masing-masing. Hidroksil yang Efek radikal-pembilasan sampel protein dan
standar diikuti urutan: SP> FP> CP> Vitamin C> manitol.
2.1
pengukuran total antioksidan menggunakan system β-caroten-linoleat
Total sampel yang digunakan adalah 50µg dilakukan dengan cara
bleaching. Hasilnya adalah CP (Crude Protein) dan SP (Second Peak)
memperlihatkan bermacam-macam derajat dari aktifitas antioksidan. Jumlah
antioksidan dari SP lebih kuat dari pada total antioksdan pada CP sedangkan FP
tidak memperlihatkan aktifitas antioksidan. Hasil diatas dilakukan dengan satu
cara yang sama. Dalam system/cara ini, ketidakadaan warna dapat diartikan bahwa
tidak ada aktifitas antioksidan.Perubahan warna pada karakteristik kromofor
dapat dilihat menggunakan spektrofotometri. Keberadaan protein juga akan
menghalang-halangi perluasan β-caroten-bleaching.
2.1
Reduktif Power
Untuk pengukuran kemampuan mereduksi, Fe3+ dan Fe2+ perubahan dngan adanya protein dari sampel.
Kemampuan protein mereduksi dapat dlihat di tabel dibawah ini.
Dari tabel diatas, 3 sampel sangat lemah.Dan semua mengabsorban
masing-masing A700 dibawah 0.07.
2.1
Aktifitas metal chelating
Kemampuan
chelating dari sampel dan EDTA disajikan pada tabel dibawah ini.Dari 3 tabel,
kemampuan chelating dari FP merupakan yang terkuat namun jauh lebih lemah dari
EDTA.
Aktifitas
antioksidan diduga aktifitas antioksidan yang merupakan hasil dari variasi
mekanisme, diantara inisiasi rantai, binding dari transisi ion metal katalis,
dekomposisi dari peroxides, prevensi dari keberlanjutan abkstraksi hydrogen,
kapasitas reduktif dan radikal-scavenging. Untuk tiga protein, kami dapat
mengeliminasi mekanisme reductive capacity karena mereka lemah dalam kemampuan
mereduksi.Beberapa antioksidan pada organism termasuk protein dan protein
memainkan peran penting dalam sisten pertahanan (antioksidan).Kekurangan
protein tidak hanya dapat merusak sintesa enzim antioksidan melainkan juga
mengurangi konsentrasi jaringan dari antioksidan.
2.
Kesimpulan
SP menunjukkan
kekuatan dari superoxides anion radical-scavenging, hydroxyl radical-scavenging
dan total aktifitas antioksidan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa SP
memiliki kemungkinan untuk digunakan dibidang pangan dan industri obat.
Aktifitas antioksidan dari sampel protein mungkin menjelaskan bahwa ubur-ubur
dapat menyembuhkan penyakit seperti bronchitis,tracheitis, gastric ulcers dan
asma.
Study on effect of jellyfish collagen hidrolysate on anti-fatigue
and anti-oxidation
Pada
jurnal ini jellyfish diperoleh dari PelabuhanXiangshan, provinsi Zhejaing, Cinadan segeradisimpanpada
suhu 20oCsebelum digunakan. Penelitian ini menggunakan target tikus
dengan berat 18 gram dan 22 gram. Tablet QingchunbaoYongZhen, yang fungsinyaadalah menyesuaikankekebalan tubuh dan menunda penuaan.
Kotak (kits) yang mencakup malonaldehyde(MDA), superoksidadismutase(SOD),
Glutathioneperoksidase(GSH-Px), blood lactic acid, blood urea nitrogen (BUN),
hepatic glycogen dan muscle glycogen , D-galaktosa (Amersco
Perusahaan),
Protamexdanreagenlainnyayang digunakandalam penelitian ini adalahkelasanalitis.
1
Metode
1.1
Persiapan
jellyfish collagen hydrolysate (JCH)
Ubur-ubur
dibilas dengan air suling, kemudian diekstraksi dengan menggunakan pelarut 0,1
mol/L NaOH dan diaduk 2d untuk melepas protein non-collagenous dengan suhu 4°C,
kemudian direndam kembali dengan 2% protamex pada suhu 50°C selama 8 jam.
Larutan dipanaskan pada suhu 100°C selama 10 menit untuk menonaktifkan enzim
dan disentrifugasi pada 4000 r/menit selama 10 menit. JCH disimpan dalam suhu
-20°C sebelum digunakan.
1.2
Percobaan Anti-oksidan
Percobaan
antioksidan menggunakan 50 tikus dengan dikelompokkan berdasarkan berat badan
setelah satu minggu diadaptasi.Terdapat 5 kontrol yang digunakan, diantaranya
kelompok kontrol, kelompok anti penuaan (aging model), kelompok dengan dosis
rendah, kelompok dengan dosis tinggi dan kelompok positif. Kelompok kontrol diberi
air suling (10 ml/kg/d) secara gavage, kelompok yang lain ditambahkan
D-galaktose (1000 mg/kg/d) melalui injeksi subcutaneous, sedangkan model anti
penuaan ditambahkan dengan air suling (10 ml/kg/d) secara gavage. Kelompok
untuk percobaan ditambahkan enzim hydrolysate 5 ml/kg/d (konsentrasi rendah),
10 ml/kg/d (konsentrasi tinggi) dan kontrol positif ditambahkan tablet
Qingchunbao Yong Zhen (4 g/kg/d), ditunggu selama enam minggu dan semua
bioassay dideteksi dengan menggunakan kotak (kits).
Penentuan kadar MDA, SOD dan aktivitas GSH-Px:
Setelah berpuasa selama 12 jam, tikus diberi bahan uji, 30 menit kemudian,
darah dikumpulkan melalui bola mata, dan serum yang terisolasi untuk digunakan. Sementara
hati dikumpulkan untuk dibuat menjadi 10% homogenat pada 4oC
dengan normal saline. Penentuan dan metode
operasi dilakukan sesuai dengan yang direkomendasikan prosedur yang
disediakan oleh kit.
2
Hasil dan pembahasan
Penuaan
merupakan hasil gangguan metabolisme. Gangguan glycometabolisme yang akan
mengarah pada kelainan metabolisme jantung, hati, ginjal, otak dan organ vital
lainnya, pada akhirnya muncul penuaan. Radikal oksigen endogen yang dihasilkan
dalam sel akan mengakibatkan pola peningkatan kerusakan organ.
Penuaan tikus disebabkan oleh D-galactose.D-galactose telah banyak
digunakan untuk anti-penuaan dan pengujian kesehatan makanan di China. Hewan
yang diberi D-galactose dalam jangka waktu tertentu dan dalam dosis tinggi
secara terus menerus tereduksi galactitol oleh reduktase aldosa, namun
galactitol tidak dapat dimetabolisme oleh sel dan menumpuk dalam sel,
sehingga mempengaruhi tekanan osmotik,
dan mengakibatkan pembengkakan sel , disfungsi, gangguan metabolisme, yang pada
akhirnya menyebabkan terjadinya penuaan. Peningkatan radikal bebas akan mempercepat
penuaan.
MDA adalah
salah satu produk akhir dalam proses peroksidasi lipid, yang meningkatkan
penuaan. Sistem antioksidan enzim (termasuk SOD, GSH-Px dll.) penting dalam
menangkal radikal bebas, produk metabolisme, serta dalam menjaga fisiologi
seluler yang normal, kekebalan, dan mencegahan berbagai penyakit. MDA berisi
serum dan homogenat hati dalam Aging Model memiliki tingkat yang lebih tinggi
secara signifikan dibanding kelompok lain (P <0 atau="" o:p="" p="">0>
Tikus pada Aging
Model menunjukkan tingkat penurunan aktivitas GSH-Px dibandingkan dengan
kelompok lain (P <0 aging="" aktivitas="" analisis="" dalam="" dan="" dengan="" di="" dibandingkan="" gsh-px="" hati="" homogenat="" kecenderungan="" kelompok="" lain="" memiliki="" mengalami="" meningkat="" menunjukkan="" mereka="" model.="" model="" penurunan="" perbedaan="" serum="" signifikan="" sod="" span="" statistik="" tetapi="" tidak="" tikus="" untuk="" yang="">0>
Aktivitas antioksidan protein adalah interaksi kompleks antara kemampuan mereka
untuk menonaktifkan spesies oksigen reaktif, radikal bebas, logam transisi
peroksidatif. Mekanisme radikal dimensi oksidasi bebas dari asam amino, peptide
dan protein terhadap radiasi pengionan dalam kondisi OH atau OH dan O2
terbentuk.Peptida merupakan antioksidan yang potensial dari asam amino yang
dapat mengakal darikal bebas.
Dari penelitian tersebut dapat diperoleh
kesimpulan bahwa MDA pada serum darah dan hati homogenate dalam model Aging
(penuaan) memiliki tingkat yang signifikan lebih tinggi. Pada tikus model aging
menunjukkan penurunan aktivitas pada serum GSH-Px dan aktivitas SOD pada
homogenate hati dibandingkan dengan kelompok lain. Jadi, JCH memiliki efek
anti-oksidatif pada penuuan pada tikus.
Referensi
Yu, H., Liu, X., Xing, R., Liu, S., Gao, Z., Wang, P., et al. 2006.
In vitro determination of antioxidant activity of proteins from jellyfish
Rhopilema esculentum.Food Chemistry. 95: 123-130.
Ding, J., Li, Y., Xu, J., Su, X. Gao, X., Yue, F.2011. Study on
effect of jellyfish collagen hydrolysate on anti-fatigue and anti-oxidation.
Food Hydrocolloids. 25: 1350-1353.
Maulida, D. dan Zulkarnaen, N.
2010.Ekstraksi antioksidan ( likopen )
dari buah tomat dengan menggunakan solven campuran, n – Heksana, aseton, dan
etanol. Skripsi Universitas DIponegoro
Semarang.
0 comments:
Post a Comment